Pecundang

Pecundang.

Akulah pecundang itu. Ya, aku. Dan hanya akulah yang mempunyai gelar pecundang ini. Aku pecundang di antara para pecundang.

Aku lebih rendah dari budak, lebih rendah dari lele yang hanya memakan kotoran. Aku pengais keberuntungan maya, aku pemakan kebohongan.

Mereka semua berbohong padaku. Dan aku menelan semua kebohongan itu bulat-bulat. Ada kebohongan yang pahit, ada juga yang menusuk dan penuh duri. Tetapi aku menelannya bulat-bulat. Biarlah kebohongan itu menuruni tenggorokanku dan menggores epiglotusku. Biarlah kebohongan itu terus berada di dalam tubuhku untuk selamanya tanpa pernah bisa kucerna, tanpa pernah bisa kukeluarkan lagi. Biarlah seluruh organku tersiksa.

Biarlah mereka menikmati permainan penuh kebohongan ini. Biarlah.

Biarlah. Karena cuma itu yang dapat kulakukan. Dan cuma kebohonganlah yang dapat kutelan.

Aku hidup dari kebohongan. Aku hidup dalam kebohongan. Seperti lele yang hidup dari kotoran dan hidup dalam kubangan lumpur. Tetapi aku lebih rendah dari lele. Kurasa kubangan lumpur pun terlalu bagus untukku.

Kurasa kotoranpun tak mau kumakan. Mereka akan lari begitu melihat bibirku. Padahal terkadang aku muak menelan kebohongan. Aku ingin menelan hal lain. Apapun itu. Kotoranpun akan kutelan.

Tapi aku tak bisa. Yang dapat kulakukan adalah membiarkan.

Terkadang aku seperti tumbal dunia. Tidak, akulah dunia. Atau mungkin aku saudara kandung dari dunia.

Tetapi dunia dipuja-puja, semua orang bergantung padanya. Tetapi tak seorangpun bergantung padaku. Tak seorangpun memujaku.

Saat seseorang memujaku, aku tahu mereka berbohong. Mereka sedang memberiku makan. Dan aku akan tersenyum kecut sambil menelan kebohongan mereka dengan lahap.

Kadang aku ingin berhenti menelan kebohongan itu. Aku ingin mengambil kebohongan itu, meremasnya lalu melemparkan kebohongan itu kembali pada mereka yang memberikannya padaku.

Aku ingin berteriak; "Brengsek kalian semua! Brengsek! Mati saja kalian! Kalian terus meminum manisnya khayalan. Sementara aku disini menjilati pahitnya ampas dari khayalan kalian; kebohongan kalian! Brengsek!"

Tapi aku adalah saudara dari dunia. Meskipun aku tidak seperti dunia yang dipuja-puja, tetap saja aku seperti dunia. Dunia hidup dari kebohongan. Dunia dipenuhi kebohongan.

Apa jadinya jika dunia berhenti menerima kebohongan? Selama beratus-ratus tahun dunia terus menelan kebohongan. Dunia tidak bisa berteriak pada mereka sang pembohong. Dunia tidak bisa. Kalau dunia bisa, maka para pembohong tidak lagi memiliki tempat tinggal. Pembohong akan hancur.

Dan akupun harus demikian. Tetapi dalam kasusku, pembohong tidak akan hancur. Hidupkulah yang akan hancur. Aku tahu mereka hanya akan berbohong lagi untuk menutupi kebohongan mereka.

Dan aku kembai harus menelan kebohongan itu.

Terus menelan. Terus menelan.

Ya, akulah pecundang. Aku mengais-ngais keberuntungan untuk bisa keluar dari lingkaran setan ini. Aku menelan kebohongan sementara fakta dan kebenaran menari-nari di sekelilingku dengan alunan lagu ironis.

Pecundang. Itulah aku.

woy ini sapa char utamanya ^^;
Nauka yah? tp mungkin bukan?

kayaknya tetep Juth

secara Juth kan selalu berhubungan sama jujur-bohong

oya~ smp lupa Juth...
cuma inget Nauka ma Eanae doang karena cowo imut/cakep