My Last Memory

Kenangan Masa Lalu Minamoto Hiigashi.
__________________________________________________________________

My Last Memory

chapter 1

Kenangan Masa lalu yang tidak dapat dilupakan oleh Minamoto. Kenangan yang membuat hatinya terbelenggu, terpenjara, terikat oleh besi keras yang tidak dapat di putuskan oleh siapapun. Penyambung rantai kebencian, kesedihan, kesepian, dan kesengsaraan. Kenangan yang membuatnya terasa terpuruk, terkucilkan, dan merasa sendiri di dunia.

----------

Pagi yang cerah di hari libur, di mana burung kecil berkicauan seperti biasanya. Matahari telah menembus dan membias di kaca jendela rumah berlantai dua berwarna putih itu. Bias-bias cahaya matahri menciptakan warna-warni di atas lantai di lantai dua rumah putih itu. Selimut masih menutupi sebuah badan yang kecil. Badan mungil yang kedinginan.

"Sudah waktunya makan, Hiigashi..." Terdengar teriakan seorang wanita dari lantai satu rumah itu, yang membuat mata Minamoto terbuka perlahan.

Selimut yang menutupi badan mungil itu tergulung kusut. Sesosok anak perempuan yang masih kecil berumur 3 pun terbangun dari tidur lelapnya, di mana dia bermimpi indah. Minamoto mengucek-ngucek matanya, mencoba untuk melihat lebih jelas setelah terbangun dari tidurnya. Kakinya yangmungil menuruni tempat tidurnya yang seukuran tubuhnya dan pendek. Langkahnya yang perlahan tidak menimbulkan bunyi di lantai beralaskan plastik bercorak garis-garis berwarna ungu itu. Langkahnya terhenti dan digantikan dengan lompatan kecil saat tiba di depan pintu kamarnya. Untuk ukurannya, dia masih belum mencapai pintu kamarnya sendiri.

Langkahnya perlahan menuruni tangga yang cukup tinggi baginya. Masih mengucek-ngucek matanya mencoba untuk lebih bisa menerawangi rumahnya yang bercat putih itu. Langkahnya tidak terhenti, dan terus hingga ke kamar mandi di bagian belakang rumahnya. Berdinding tehel dan lantai tehel putih membuat wajah Minamoto terpantul samar-samar. Air mengucur dari kran kecil perak. Tangan mungil menangkap air itu. Membasuh mukanya yang telah bangun tidur itu. Mengelapnya di sebuah handuk berwarna biru yangberada di sebuah gantungan yang berada di bagian tembok kiri kamar mandi itu.

Duduk di kursi meja makan menunggu sarapan adalah hal yang sangat di sukainya setelah membasuh mukanya yang telah terbangun dari tidur. Garpu dan sendok perak telah digenggamnya di kedua tangan mungilnya. Piring putih terbuka bersiap untukmenaruh hidangan makanan. Di piring itu telah terletak nasi putih yang menggunung. Tidak lama kemudian, sebuah telur yang telah digoreng menjadi berwarna putih bagian sisi-sisinya dan kuning di tenganya diletakkan di atas nasi putih menggunung di piring di hadapan Minamoto. Garpu dan sendok mulai bergerak. Lahapan-lahapan kecil dan kunyahan-kunyahan kecil terdengar jelas di telinga kedua orang tuanya itu. Semangat makan yang luar biasa.

Waktu makan pun telah selesai. Piring-piring, sendok-sendok, dan garpu-garpu telah di letakkan di bak pencucian. Mianmoto sendiri telah berganti pakaian dan duduk di sofa ruang keluarga. Tanga-tangan mungilnya mengambil beberapa kue dalam toples kaca sembari menatap TV di hadapannya. Tawaan kecil saat menonton film kesukaannya itu memecah keheningan di rumah itu. Tawaan yang selalu terdengar di setiap harinya dalam keluarga itu.


-----------------


Lembar demi lembar dibukanya perlahan di sebuah buku berwarna. Buku kesukaan yang sellau di bacanya itu di sore hari. Tatapan-tatapan harapan dan tatapan bahagia terpancar di wajahnya. Kegembiraan yang tak terbayangkan sebelumnya membuatnya begitu bahagia.

"KYAAAAAAAAA" Teriakan wanita di tengah-tengah kesenangan Minamoto membaca buku bergambarnya.

"PRANG! PRANG!" Pecahan-pecahan barang yang menambah keributan di rumah itu.

Minamoto lalu berdiri. Berbalik ke belakang dan melompat kecil untuk membuak pintunya. Langkah kecil menuruni tangga perlahan yang tinggi membuatnya merasakan ada yang berbeda. Tangannya terkepal di depan mulutnya. Perasaan khawatir terpancar di wajahnya.

"Mamah? Mamah? Mamah?" Suara kecil yang terdengar tidak jelas itu berasal dari Minamoto.

Langkahnya terhenti saat tiba di ruang keluarga. Barang-barang di sana-sini telah berantakan. Guci-guci dan lampu duduk pun sudah tidak berada di tempatnya. Sofa-sofa yang telah terbalik dari tempatnya terlihat. Dilihatnya sosok yang sedang berdiri jauh di depannya. Sosok berjaket hitam dan bertopeng hitam yang menatapnya membuatnya merasa ketakutan. Dari balik sofa, terlihat cairan merah kehitaman mengalir cukup deras dan perlahan. Tangan berlumuran darah terlihat dan rambut berwarna hitam yang panjang berada di atas tangan besar itu. Minamoto yang terkejut itu langsung menghampiri sosok itu.

Dua sosok yang dikenalnya. Sangat dikenalnya terkapar tak bernyawa dengan tatapan kosong ke langit-langit yang saling berpelukan berlumuran darah. Keluar dari bagian perut dan dada. Air mata yang menetes perlahan itu berasal dari mata Minamoto. Darah yang terus mengalir tanpa henti membuatnya sangat ketakutan. Minamoto lalu menyentuh kedua orang tuanya yang berlumuran darah sembari menangis.

"Mamah? Papa? Mamah? Papa?" Minamoto berteriak. Berteriak keras yang terlantang di seluruh rumah yang terdengar hingga keluar rumah.

Sosok berjaket dan bertopeng hitam itu menghampirinya. Bayangan orang itu terlihat di jasad kedua orang tuanya. Minamoto menatap sosok itu, sosok yang mengerikan baginya. Mata yang menatapnya seakan mata pembunuh yang akan segera membunuh Minamoto. Minamoto terduduk di lantai bertehel putih itu. Dengan tangannya, dia menyeret-nyeret tubuhnya untuk menjauh dari jasad ayah dan ibunya yang berpelukan dan berlumuran darah itu. Darah yang menempel di tangan dan bajunya membuatnya sangat sulit untuk menyeret badannya.

Minamoto terpojok di sudut ruangan itu. Bekas telapak tangan berwarna merah berbekas di dinding. Pisau perak bercahaya yang terpantul cahaya matahari itu semakin membuat Minamoto ketakutan. Ditambah dengan darah yang berlumuran di seluruh baju dan badannya. Darah kedua orang tuanya itu. Tangisan ketakutan, kesedihan, dan ketiadaan bercucuran di matanya. Kepalanya menunduk sembari kedua tangannya yang berlumuran darah itu menyentuh rambutnya. Darah pun menempel di rambutnya.

"Hiigashi? Hiigashi?" Teriak suara wanita di bagian halaman samping rumahnya. Suara tetangga yang selalu memberinya hadiah.

Minamoto mengangkat kepalanya. Sosok itu sudah tidak terlihat lagi. Minamoto lalu menghampiri jasad kedua orang tuanya itu yang sudah mencapai batas ketiadaan. Memeluk mereka berdua sembari menangis keras berteriak memanggil kedua orang tuanya itu. Minamoto seperti bermandikan darah kedua orang tuanya.

"Oh! Tidak!" Teriak tetangga Minamoto yang melihat pemandangan mengerikan itu. Berlari dengan cepat keluar dari rumah Minamoto meminta bantuan. Cukup lama, Minamoto terus menangis hingga polisi datang. Saat itu, Minamoto telah hilang kesadaran, pingsan dengan berlinangan air mata dan bermandikan darah kedua orang tuanya. Minamoto menutup matanya, di pangkuan tetangganya itu.


To Be Continued!!!


My Last Memory : Chapter One --> The End

BY: MINAMOTO HIIGASHI

Tolong, bagaimana pendapat member-member sekalian mengenai Cerita Masa Lalu Minamoto ini?
tolong commentnya yah...^^

Rada pusing sih karena semuanya di taruh di tengah sementara format novel/cerita itu ditaruh di kiri...

Kayak membaca suatu dokumentasi ^^;
Mungkin gw kurang terbiasa dengan pembacaan center

Ceritanya bagus kok ^^

maaf kalau postnya center
soalnya, pas aku kasih rata kanan, malah jadi center.
aku sendiri bingung.

^^ terima kasih atas commentnya Ayuri... dan Kuri a.k.a Nauka...^^

maaf Double Post

dengan sangat terpaksa, saya membuat semuanya menjadi rata kiri
tapi, jadinya malah bagus...~~ (menurutku sih...)

Balas dendam ya?
Nice story ^^

terima kasih...^^
rencananya, mau di buat yang keduanya...^^