Scar From the Past

Haruki yang menggendong Ayuri memasuki ruangan pasiennya Ayuri. Seperti biasanya, Jiro yang sedang bereksperimen menyambut mereka.

"...Oh, Haruki! Kau datang." sambut Jiro menoleh sebentar sebelum melanjutkan pekerjaannya.

"Begitulah..." ujar Haruki sambil meletakkan Ayuri ke tempat tidur.

"...baiklah, akan kuperiksa kondisinya. Semoga ada kemajuan..." ujarnya yang kemudian memeriksa Ayuri.

Haruki berjalan melihat2 pekerjaan yang dilakukan dokter kenalannya. "Hei, hari ini ada sesuatu yang menarik." ujar Haruki memulainya.

"Apa itu?" tanya Jiro sambil terus memeriksa Ayuri.

"..." Haruki hanya tersenyum saja sebelum dia membicarakan sesuatu yang penting bagi Jiro.

Makoto mengintip ruangan di rumah sakit.
"Ayuri-chan....Benar dia sakit..." pikir Makoto.
Makoto menghampiri Haruki dan Jiro.
"Ayuri-chan sakit, ya?" tanyanya.

Haruki dan Jiro melihat seseorang mengintip dari luar.

"Oh, kau gadis yang waktu itu ya?" ujar Haruki melihat Makoto memasuki ruangan.

"Kau kenal dia?" tanya Jiro. Sang kakak dari gadis berambut merah ini hanya menggelengkan kepalanya.

Quote :

Makoto menghampiri Haruki dan Jiro.
"Ayuri-chan sakit, ya?" tanyanya.

"...tidak kok. Dia hanya kecapaian. Nanti juga sembuh." jawab Jiro sambil terus mendiagnosis Ayuri yang masih tertidur.

"Omong omong, Haruki-san, aku tidak sopan belum memperkenalkan namaku tadi" kata Makoto.
"Aku Kozuki Makoto. Panggil Makoto saja" kata Makoto.
Makoto menatap Ayuri yang lagi tidur.
Tiba-tiba saja, dia menciumnya lagi.

Quote :

"Omong omong, Haruki-san, aku tidak sopan belum memperkenalkan namaku tadi" kata Makoto.
"Aku Kozuki Makoto. Panggil Makoto saja" kata Makoto.

"Salam kenal, Kozuki." senyum Haruki.

"Hm, Genetic Engineering Alice bila aku tidak salah sebut?" lanjutnya yang kemudian melihat Makoto menghampiri Ayuri dan...

Quote :

Makoto menatap Ayuri yang lagi tidur.
Tiba-tiba saja, dia menciumnya lagi.

Cepat2 tangan Haruki menghalangi mulut Ayuri supaya Makoto mencium tangannya. Kemudian dia mengangkat badannya cewek itu menjauh dari adiknya. "Maaf, aku tidak ingin adikku dicium oleh siapapun. Dokter, lanjutkan..." ujar Haruki tegas setelah melepaskan Makoto.

"Hati2, nak! Dia bisa dibilang overprotektif kepada gadis yang terlelap ini." ujar Jiro sambil terus memeriksa Ayuri.

Satu jam berlalu, Jiro selesai memeriksa Ayuri.

"Jadi?" tanya Haruki tidak sabar menunggu hasilnya.

"...kondisinya sudah lebih baik daripada sebelumnya. Tapi..." putus Jiro menatap Ayuri.

"Tapi?"

"...Kau tahulah maksudku, Alice-nya." jawab Jiro.

"Ah...ya. Benar..." gumam Haruki yang kemudian mengelus kepala adiknya yang tertidur.

"Kalau begitu, kita tinggal menunggunya untuk bangun."

Haruki menoleh kepada Makoto. "Kau sepertinya menyukai Ayuri...sangat..."

"Iya...Entah kenapa ia mirip seseorang yang nggak bisa aku ingat" kata Makoto.
"Kata'nya', mungkin ini efek dari aliceku..Aku nggak bisa ingat sama sekali...." kata Makoto.
Tiba-tiba dia menangis.
"Kenapa.....Mirai-chan...tidak bisa...aku ingat?" Makoto berkata di luar alam sadarnya.
Makoto berlari keluar.

OOT: Makoto, loe out ato gak?
IT:

"Hei tunggu!" teriak Haruki mencoba menghentikan Makoto tapi terlambat.

Haruki menggaruk kepalanya yang sebetulnya tidak gatal. "Sepertinya aku terlalu kelewatan..."

"Mirai? Hanamiya Mirai?" ucap Jiro seolah mengenal nama yang disebutkan Makoto tadi.

"Kau tahu dia?" tanya Haruki.

"Hanya sekedar tahu saja, dia pengguna Melody Pheromone Alice." jawab Jiro yang kemudian memulai eksperimen yang tadi dihentikan sementara.

"Anak itu sepertinya sangat menyayangi Mirai. Tapi heran juga ada yang bisa semirip dengan gadis es seperti dia ini..." lanjutnya yang sepertinya tertuju kepada Ayuri.

"Efek Alice-nya pasti sangat besar jika dia tidak mampu mengingat orang2 yang disayanginya."

"...kehilangan yang sangat menyedihkan..." ujar Haruki dengan nada sangat kecil. Terlintas wajahnya terlihat senyum namun sedih.

"Hah?" bingung Jiro mendengar gumaman Haruki yang tidak jelas.

"Tidak ada apa2..." senyum Haruki yang kembali hangat dengan tampang acuh dan melihat adiknya yang sudah membuka matanya.

"Oh, Ayuri! Kau bangun!" girang kakaknya kepada Ayuri.

"..." Ayuri seperti biasanya tidak merespon perkataan lainnya.

"..." Haruki yang paling mengenal adiknya hanya bisa terdiam juga.

"..." Jiro yang melihat keduanya tidak membuka mulut kemudian berdiri dan menuju ke pintu keluar. "Aku mau ke perpustakaan dulu. Awas kalau kalian mengapa2kan eksperimenku..." ujar Jiro yang kemudian keluar dari kamar.

Suasana semakin mendingin. Tidak ada satupun yang mau berbicara.

"...Sudah lama sekali ya, Ayuri." ujar Haruki memulainya.

"Tidak disangka waktu terus berjalan sampai kita tidak tahu sudah berapa waktu lamanya..."

"..." Ayuri hanya berdiam diri.

"Banyak sekali hal yang kita tidak ketahui di dunia...terutama di Akademi ini. Entah mau bersyukur atau tidak untuk bisa "diterima" di sini." lanjut sang kakak.

"..." Haruki menghela nafas lalu tangannya memegang kepala adiknya.

"...kakak..." Ayuri membuka mulut.

"...aku tidak bisa mengerti...tidak...aku tidak ingin mengerti...dengan hal itu..." ujarnya sambil memegang tangan kakaknya.

"..." Haruki hanya terdiam saja. Beberapa menit kemudian, ia tersenyum.

"Kau tidak perlu mengerti. Memang...sangat menyakitkan..."

Sebuah pintu terbuka, Jiro memasuki ruangan.

"Hei, ada "perintah"..." ujar sang dokter itu kepada kedua kakak-beradik itu.

"..." Haruki dan Ayuri tidak berkata apa2 sebelum tangan mereka lepas.

"Baiklah...aku segera pergi. Nanti aku kabari selanjutnya." kata Haruki yang kemudian keluar dari kamar.

Dokter berambut pirang itu menghela nafas. "...sampai sekarang, aku tidak bisa tahu pikiran kalian berdua..."

"..." Ayuri lagi2 menutup mulut.

(out)

OOT: anggap saja, Ayuri keluar dari tempat ^^