Cerpen gw^^ (klo novel lain lagi)

yahh... gitu deh

silahkan dibaca trus komment^^
btw paragraphnya ga keluar ya?

Sebuah Kisah yang Tertulis

Sebenarnya aku tidak terlalu menyukai keluar rumah. Tapi, ada sesuatu yang benar-benar menyita perhatianku. Kejadiannya kira-kira beberapa hari yang lalu, saat aku menemani keponakanku bermain di taman. Aku melihat sosok seorang anak laki-laki sebayaku yang duduk dibawah pohon rindang. Dia menulis sesuatu diatas selembar kertas. Wajahnya tidak terlihat karena ia menghadap ke arah yang berlawanan. Yang terlihat hanya rambut pendek coklatnya yang bergerak mengikuti angin sepoi-sepoi yang berhembus.

Kucoba mendekatinya karena penasaran. “hei…”, sapaku. Dia menoleh dan tersenyum kepadaku. “ah, hai” jawabnya lembut.

“kau sedang apa?”, tanyaku penasaran. Ia memberikan kertasnya padaku. Tanpa ragu, aku membaca apa yang tertulis di kertas itu. “ceritanya... bagus sekali”, ujarku pelan. Sebuah cerita indah yang tertulis di kertas itu benar-benar menarik perhatianku. Mungkin secara sekilas, itu hanyalah sebuah cerita biasa. Tetapi, cerita itu tentang perjuangan hidup seseorang ditengah-tengah penyakitnya. Bagiku, itu sungguh cerita yang sangat bagus. “ah, reaksimu berlebihan”, ucapnya malu.

“aku tidak bohong... ceritamu bagus sekali. kau seorang penulis?”, tanyaku penasaran.
“bukan, itu hanya salah satu cerita karanganku... “, lagi-lagi jawabnya agak malu.
“salah satu? berarti ada yang lainnya? Boleh aku lihat?”, tanyaku antusias mendengarnya.
“boleh, datanglah besok... disini”, jawabnya lembut sambil menganggukkan kepalanya.
“namaku... Reon”, kata anak itu sambil menjulurkan tangannya. Aku hanya tersenyum dan menjawab “salam kenal, aku Elli... kau kelas?”.
“3 smp alias kelas 9”, ujarnya. Aku tidak menyangka, dia lebih muda setahun dibanding aku.

Sejak saat itu aku sangat sering datang ke taman. Cerita yang dibuatnya benar-benar seakan hidup. Jika kutanya mengapa tidak membuat fabel, jawabannya adalah ia tidak bisa menjiwai dengan sepenuh hati. Karena baginya jika tidak membuatnya dengan segenap hati, maka cerita itu tidak akan ada ‘jiwa’-nya dan menjadi cerita yang hambar. Aku selalu menunggu keesokan hari yang akan datang. Senyumnya terbayang setiap kupejamkan mataku. Tanpa sadar, kami sudah menjadi sangat dekat. Bukan hanya seorang teman yang kudengarkan ceritanya tapi, seorang sahabat yang berbagi suka dan duka. Dia selalu membantuku jika aku punya masalah dan menyemangatiku. Jika bertemu dengannya aku tidak bisa kalau tidak tersenyum. Reon itu bukan hanya suka bercanda tapi, benar-benar orang yang baik. Padahal kami beda sekolah dan bukan teman sejak kecil. Bahkan, aku tidak mengetahui nomor telponnya atau alamat rumahnya. Entah mengapa, rasanya aku mempercayainya. Reon itu bagiku... adalah teman yang paling berharga sampai kapanpun.

Hingga suatu saat... semakin aku mengenalnya, semakin aku tertarik padanya. Sepertinya bukan hanya sebagai sahabat. Tapi, sesuatu yang lebih jauh lagi. Aku sudah mengenalnya sekitar 11/2 bulan. Dan aku takut jika aku menggungkapkan perasaanku akan membuat persahabatan kita hancur. Jika itu terjadi aku tidak tahu harus berbuat apa. Tapi, bagaimanapun perasaan tidak baik kalau dipendam. Aku benar-benar bingung dan takut. Rasanya susah sekali tidur jika memikirkan hal itu. Semakin kupikirkan semakin terbayang wajahnya. Sudah kuputuskan, bagaimanapun hasilnya aku akan mengungkapkan perasaanku.
Seperti biasa, aku mendengarkan cerita karangannya di bawah pohon yang rindang itu. “maaf, belum kulanjutkan”, kata Reon sambil garuk-garuk kepala dan tersenyum.

“hah? Masa? Lanjutin plisss”, ujarku penasaran. Dia hanya tertawa kecil dan berkata, “ahaha... novelis pun perlu istirahat”. Aku teringat tujuanku. “eh, kamu... sudah... punya pacar belum?” tanyaku terbata-bata.

“he? Belum tuh”, jawab Reon santai. Aku terkejut mendengarnya. Wajahnya yang polos dan manis itu... belum ada yang punya? Tapi, aku sendiri tidak mementingkan fisik. “mau... tidak... sama aku?”, tanyaku pelan dan malu. Reon tampaknya terkejut sekali. Dia memalingkan wajahnya membelakangiku. Aku semakin deg-degan menunggu jawabannya. “jika seandainya aku tidak seperti yang kau harapkan bagaimana?”, tanya Reon tetapi, masih menghadap arah yang berlawanan.

“memangnya kamu tahu yang aku harapkan?”, tanyaku balik. Dia terdiam sesaat. Terlihat keraguan dari tingkah lakunya. “tidak... hanya... ada kemungkinan, kan? Aku juga punya sisi gelap”, ujarnya pelan. Dia terlihat benar-benar ragu. “aku... benar-benar tidak mengerti”, lanjut Reon tiba-tiba dan melihat ke arahku. “jadi... kalau kamu sudah mengerti... aku ‘tembak’ lagi”, ujarku berusaha meringankan suasana. Kuakui, Reon itu memang polos. “eh? Maksudmu?”, ucap Reon bingung. “kamu buat aku ya”, kataku sambil tersenyum ke arahnya. Biarlah, mungkin memang itu jawabannya. Dari pada aku terlarut sedih, lebih baik aku berpikir seperti itu.

Diluar dugaan, dia mengangguk dan berkata, “baik, meskipun nanti mungkin aku tidak seperti yang diharapkan, aku akan terus berusaha. Jadi, kita pacaran sekarang?”. Jelas-jelas aku terkejut, sekaligus gembira.

Dengan beberapa tetes air mata keluar dari mataku, aku memeluknya. Tidak kusangka ini akan terwujud. Benarkah ni bukan mimpi? Aku... tidak akan sendirian lagi. Mulai saat itu, kami benar-benar sangat akrab. Taman itu adalah tempat yang paling sering kami kunjungi. Dan pohon itu adalah...
tempat dimana kami pertama kali bertemu. Banyak kisah yang tersimpan di pohon itu. Seakan pohon itu adalah saksi bisu tentang kisah ini. Mungkin kisah yang kutulis ini tidak sebagus yang ia tulis tetapi, paling tidak aku ingin mengenang kejadian ini dengan caraku sendiri...

~ ~ ~ The End ~ ~ ~

Romantis banget ^^

wakaka

trims's

shank kyou beri-beri much *hah?*
kirain ni cerita ga populer loh^^

seru banget.
romantis lagi...

ceritanya bagus bgt.............
lo dah pernah ngarang novel ya???

Ceritanya romantis, jadi inget majalah SMP gwe yg dulu.
Diluar dugaan gwe, kirain co-nya bakalan bilang klo dia punya penyakit, sama ky cerita yg dia tulis (aku kirain itu foreshadow).

Bagus....
Romantis...