Mati

Terang. Silau.

Matanya ia sipitkan untuk menghalau sinar yang menusuk retinanya.

Ia akan mati, ia tahu itu.

Selama ini ia selalu berpikir kalau mati maka ia akan jatuh dalam kegelapan, jatuh ke dalam jurang yang dalam dan tak berujung. Lalu badannya akan hancur karena kuasa gravitasi. Seperti itulah akhir yang ia ekspektasikan.

Tapi tidak, ia melihat cahaya. Cahaya yang menyilaukan. Cahaya yang menusuk dan mengiris-iris syaraf-syaraf matanya yang sensitif.

Seharusnya ia memejamkan matanya, tapi ia tidak berani. Atau lebih tepatnya, ia penasaran. Ia ingin tahu seperti apa kematian itu. Ia ingin menyaksikan proses pencabutan nyawanya. Ia ingin melihat saat-saat terakhirnya itu.

Matanya memerah dan berair. Air mata yang seharusnya meringankan beban pikirannya justru menambah perih yang ada pada raganya.

Seluruh tubuhnya pasrah. Ia sudah tak bisa berlari lagi. Tak ada yang bisa berlari dari kematian. Ia hanya bisa menatap pada tempat dimana kakinya dulu berada. Kini yang terlihat hanyalah serpihan-serpihan tak menentu yang bersimbah darah.

Tiba-tiba ia merasakan dorongan kuat pada punggungnya, mendorongnya menjauhi cahaya tersebut.

Ia mengatupkan bibirnya dan melirik ke belakang. Rambut biru tua, kulit putih berseri dan bahu yang bidang. Seorang remaja lelaki yang tampak familiar.

Sedetik kemudian terdengar suara laju kencang yang mengerikan. Suara yang biasanya ia tidak takuti, namun hari itu berubah menjadi lolongan dewa maut; kereta api.

Lelaki itu telah menyelamatkannya. Ia menatap lelaki yang tampak menghelakan nafas panjang yang lega, lalu ia melihat senyuman lelaki itu.

"Lyell," ujar lelaki itu. "Bukannya aku mau mendiskriminasikan wanita tapi..."

Ia menunggu kelanjutan dari lelaki itu.

"Tapi buat apa kamu keluar malam-malam begini?" tanya lelaki itu.

Lyell tersenyum tipis membalas senyum lelaki itu, "Pergi mencari kebebasan seperti Kakak."

"Aku tidak mencari kebebasan di malam-malam begini," balas lelaki itu sambil mencibir lalu menggendongnya. Tampaknya ia tidak begitu peduli dengan kondisi kedua kaki gadis itu yang sudah tidak terlihat seperti kaki lagi.

"...Aku tidak sabar sih," jawab gadis itu akhirnya. "Tidak sabar, tidak sabar."

Lelaki itu menepuk kening Lyell pelan.

"Aku juga," ujarnya. "Tapi permainan yang seru membutuhkan kesabaran yang tinggi juga."

"Permainan?" gumam gadis itu sambil menatap kedua bola mata lelaki itu yang hitam. Kedua bola mata yang selalu menatap dengan lurus, tatapan yang pasti. "Aku boleh ikut?"

"Kamu sudah ikut, Lyell," jawabnya. "Sejak awal kamu memang sudah ikut."

Lyell tertegun. Ia lalu menatap pada tempat dimana kakinya dulu pernah ada.

"Kak, apakah kakiku akan tumbuh lagi?" tanya gadis kecil itu. "Apakah aku akan bisa berjalan lagi?"

Lelaki itu menatap benda yang tertutupi oleh darah itu lalu menggeleng pelan.

"Tidak, kamu tidak akan bisa berjalan lagi. Kakimu juga tidak akan tumbuh," jelas lelaki itu. "Sakit?"

"Dimana?" gadis itu balik bertanya.

"Dimana saja." jawab lelaki itu cepat.

"Tidak. Aku tidak merasa sakit. Satu-satunya rasa sakit yang kurasakan adalah perih di mataku dan rasa sesak di dadaku saat kereta itu melaju ke arahku," jelas Lyell tenang.

Lelaki itu tersenyum lalu menepuk-nepuk kening gadis itu.

"Ya, ya. Kakimu perlu diamputasi," Lelaki itu berbalik menjelaskan. "Tapi tidak apa-apa. Saat kamu kehilangan sesuatu, biasanya kamu juga akan mendapatkan sesuatu sebagai balasan yang setimpal kan?"

Lyell tertawa kecil, "Kakak, seharusnya yang bicara begitu itu aku."

Remaja lelaki itu menatap lurus ke arah gadis yang tabah itu. Lalu ia ikut tertawa kecil.

"Dasar pengguna karma," ujarnya di sela-sela tawanya. "Kadang aku iri padamu. Kalau saja kekuatanku sama denganmu..."

Gadis itu gantian menepuk-nepuk kening lelaki itu.

"Tenang saja Kak Nauka," ujarnya. "Kakak juga akan mendapatkan kebaikan karena Kakak baik padaku."

Nauka menatap ke arah gadis itu.

Ia hanya tersenyum kecut.

Hanya sebuah senyuman kecut.

Kecut.

Weks,ini ceritanya Nau ma cewek yeh??
Udah tobat nih,qii ?
Ga bikin cerita BL??

coba perhatikan usia anak itu dan usia nauka.

ak ga tobat kok. ak ga tobat.

anak itu juga kakinya uda ilang, paling tinggal menunggu waktu.

Ceritanya tentang anak yang lumpuh ya?
Apa hubungannya dengan Nauka?

Err... Anaknya tadinya ga lumpuh, tapi kecelakaan mpe akhirnya kakinya hancur berantakan n cuma serpihan daging.

ini masih TBC kok.

*Ngebayangin* Ugh...rasanya sakit banget -___-

Jangan dibayangin dong,ayu...^^;; *ikutan kebayang* *merinding*

Lagi2 kata2 di ceritanya Nau keren deh...
Qii di sekolah nilai bhs indo-nya bagus2 yaa?

Cepet deh,lanjutin...

engga. ^^;; nilaiku di sekolah standar kok. jarang ada tugas menulis cerita, lbh bnyk nulis artikel.

ak nulis sebagai hobi.

@ayuri

hehehe klo kmu bisa ngebayangin berarti kalimat keteranganku uda cukup jelas. =3

buku2 yg bagus itu kadang lebih serem n lebih sadis kelihatannya daripada klo kita nonton pelem. Karena klo di buku kita ngebayangin, dan imajinasi kita itu sangat luas dan ga ada batasannya.

Soal ngelanjutin... ak lagi stuck lol

Berjuang deh,biar dpt ide baru...

*ngebantuin pake doa*

Kalo mau sadis2an,baca novel KILL ! deh. Isinya darah semua...>__<

ak kurang suka klo cuma asal potong. rasanya kurang... "indah". ^^; lebih suka klo ada penderitaan-penderitaan kecilnya dulu. khikhikhi

Qii...

Serem pisan euy,cara pikirnya...

Ah,jadi pengen coba2 bikin side story 'penuh darah' ....

Hmm...kisah ttg orang lumpuh d awal cerita..? Interesting... kyknya gw mw ngikutin nh cerita....

@2 post diatas
Penderitaan kecil, lama-lama jadi gede?
<--- psycho manga lover

Pagi akhirnya menjemput mereka yang baru saja selesai dari peristirahatannya.

Lyell menggoyangkan pahanya. Dulu ia akan menggoyangkan lututnya lalu mengayun-ayunkan kakinya ke depan dan ke belakang. Itu sudah menjadi kebiasaannya jika ia duduk di kursi seperti saat ini.

Tapi sekarang sepasang kaki itu telah tiada. Yang menggantikannya adalah perban.

Sesekali ia mengetuk-ngetukan jemarinya pada botol plastik berisi air yang sejak tadi ada di hadapannya tanpa pernah ia pernah rasakan isinya.

Terdengar langkah kaki dan pintu yang dibuka secara perlahan.

"Halo," sapa Nauka sambil menutup pintu itu dengan amat hati-hati hingga tak menimbulkan bunyi. "Sudah terbiasa dengan hidupmu yang baru?"

"Maksudmu, hidup tanpa sepasang kaki?" balas Lyell. "Sejak awal aku tidak apa-apa."

Nauka menarik kursi kayu yang tak jauh dari tempatnya berdiri dan duduk di atasnya sambil mengangkat kaki kanannya, lalu menumpukan dagunya pada lutut kanannya.

Lyell akhirnya mengambil botol air itu dan meneguk sedikit isinya, lalu melanjutkan "Sejak awal aku memang tidak bisa kemana-mana. Jadi kehilangan kaki tidak apa-apa bagiku."

Nauka mengangkat dagunya.

"Apa yang akan terjadi pada orang itu?" tanya Nauka dengan nada rendah.

Lyell mengangkat bahu, "Tidak tahu. Mungkin dia akan kehilangan kaki dan tangannya."

"Mengerikan," komentar Nauka. "Tapi seru."

"Ya. Tapi tidak apa-apa, Kak Nauka kan baik padaku. Jadi tidak apa-apa," Lyell tersenyum tipis dan tampak tertawa dalam bisu.

Nauka balas tersenyum. Lagi-lagi sebuah senyuman kecut.

Lyell memperhatikan bibir yang tampak tidak rela untuk tersenyum itu. Begitu banyak kata-kata yang tersirat dalam senyuman itu. Begitu banyak dan berdempetan hingga sulit sekali untuk dicerna maksudnya.

"Aku bosan. Ayo kita jalan-jalan, Kak," ujar Lyell setelah sekian lama hanyut dalam pikiranya.

"Tidak. Hari ini kita tidak jalan-jalan," jawab Nauka tegas. "Hari ini stage terakhir dari gameku."

"Maksud Kakak?"

Lyell dapat mendengar dengungan. Dengungan keras yang menusuk gendang telinganya. Ia dapat merasakan gelombang suara itu menembus kerangka kepalanya. Masuk dari kiri, lalu terus mengiris-iris di dalam otaknya hingga kemudian keluar dari kanan.

Sakit.

Lyell kembali melihat cahaya. Cahaya yang menyilaukan.

Di tengah-tengah suara bising dan kebutaannya, ia dapat mendengar suara yang familiar.

"Aku tidak bisa terus-menerus di dunia ini," ujar suara itu. "Aku harus menghancurkan dunia ini."

"Ke-kenapa?" tanya Lyell dengan suara bergetar. "Lalu kalau dunia ini hancur bagaimana denganku?"

"Kamu juga harus hilang, Lyell. Aku harus menghancurkan dunia ini. Aku harus pergi ke dunia lain," jawab suara itu. "Aku tidak mau terperangkap lagi disini."

"Ta-tapi aku sedang bermain permainan mencari kebebasan! Aku ingin menyelesaikannya!" pekik gadis itu.

Suara itu mendesah, "Aku sudah menang. Kamu kalah."

"Ba-bagaimana mungkin?" tangis Lyell pecah. Belum pernah ia merasa sekacau itu. "Harusnya tidak ada yang menang dan kalah! Kak Nauka berkata demikian padaku!"

Lyell dapat merasakan tubuhnya remuk perlahan-lahan, dan dirinya mulai hancur menjadi debu.

Namun sebelum kupingnya ikut remuk, ia dapat mendengar suara. Ia dapat melihat dalam cahaya menyilaukan itu.

Nauka tersenyum kecut.

"Dalam mengaku pun manusia bisa saja berbohong."

Hilang. Lenyap.

Tak ada lagi yang bisa Lyell lakukan.

Ia mati.

dikirain cerita BL yg Nauka janjiin ^^;
baca Party deh. itu isinya BL/GL/Shotacon/Lolicon ^^

Ki...ra...na...

Kau...

Sukses bikin gw trenyuh...

C-ceweknya mati...?
Gila... Ceritanya nyentuh hati banget~
Ada calon sastrawan di AS RPG nih...^^

dari judulnya kan uda ketebak klo bakalan ada yg mati. ^^;;

Tambahan dikit:

Mati. Sebuah kata yang unik. Sebuah kata yang paling tepat untuk menjelaskan sebuah situasi. Sebuah keadaan.

Kematian adalah hal yang paling baik. Ia sangat adil, ia tidak membeda-bedakan. Ia juga begitu sederhana. Begitu kau mati, maka kau mati. Tidak kurang, tidak lebih. Sebegitu sederhananya.

Mati.

ceweknya mati kenapa? [satu yang yang masih bingung]

karena sudah waktunya.

engga denk, sebenernya cewe itu fragmen dari "dunia" Nauka. dan Nauka selama ini stuck di dunianya sendiri. karena itu sekarang ia mau ngancurin dunianya, termasuk cewe itu.

Hiiey. . . .

Ceritanya ternyata...


TENTANG DUNIA NAUKA? ?

Emang nau tuh,rada indigo ato apa sih??

Swt...kadang gw ngeri juga sih kalo terlalu terpengaruh dengan dunia lain...

Jadi itu maksudnya ya tentang "permainan"?

@neeve

engga. dia punya kreativitas tinggi karena alicenya. makanya mentalnya terganggu dan pola pikirnya juga berkembang dengan jalur yg tidak biasa dari anak-anak pada umumnya.

itu smua karena alicenya pada dasarnya mengubah IQ dan pola pikir seseorang.

@ayuri

iya. dia punya banyak mini game kok. salah satunya sedang ia mainkan saat ini.

Salah satunya? Apaan tuh?

smua gerak-gerik dan perkataannya hanyalah skenario permainan kok

Pantas saja ^^
Ceritanya punya kaitannya dengan Nauka dalam penyelesaian game berarti

Berarti mugnkin Nauka yang selama ini hanya berbohong perasaannya saja