Teddy's Dream

Subyek: Teddy's Dream Fri Mar 21, 2008 5:32 pm

Boleh post cerita disini kan?

Saya gak tau udah pada baca atau belum .. ( Soalnya rasanya saya udah bosen nge -post ini di beberapa forum, dan di Blog ~~ ) 3 Page MS. Word, dengan ukuran kertas .. Tidak tahu D: ..

Hasil ketikan di saat iseng, gak ada kerjaan, dan 'gak-gak-an' lainnya T_T..

Maaf kalau aneh ..
Selamat membaca ; w ;
Komen, kritik ~~dan ejekan~~ ditunggu .. D:
________________________________________________________________________

Teddy's Dream

Aku duduk dengan manis di etalase toko. Menunggu dengan sabar, untuk dibeli. Tetapi anak – anak itu hanya tertawa – tawa, menatapku dari balik kaca. Kapan mereka akan membeliku? Padahal di leherku sudah terpasang pita berwarna merah yang manis. Bola mataku dibuat coklat oleh pembuatku, seperti warna kulitku. Seharusnya aku sudah cukup lucu, dan pantas untuk dibeli.. Lagi – lagi aku hanya dapat bertanya – tanya dalam hati. Kapan mereka akan membeliku?

----

Matahari bersinar cerah, membuat udara terasa cukup hangat. Yah, meskipun aku tidak bisa merasakan apa – apa sih.. Aku hanya dapat menebak, melalui orang – orang penjaga toko itu. Air keringat membasahi kening mereka.

Hari ini hari pertamaku di toko ini. Kemarin pembuatku mengirimku ke tempat ini. Bangunan yang terbuat dari batu bata, dan lantainya dialasi oleh kayu. Entah apakah aku bisa betah tinggal disini. Yang membuatku kesal, adalah seorang kakek tua beraninya menyentuhku. Ia mengangkatku, dan meletakkanku di etalase toko. Sinar matahari masuk melalui kaca, cukup panas! Ralat, karena aku tidak bisa merasakan apa – apa, jadi kuubah kalimat barusan. Sinar matahari menyebalkan itu, masuk melalui kaca. Silau! Ingin rasanya kututup mataku, dengan kedua tangan mungilku. Tapi badanku tak bisa digerakkan. Kenapa pembuatku tidak memampukanku untuk bergerak? Huh!

Disampingku, balerina yang cantik duduk. Ia tampaknya menyadari keberadaanku. Walaupun tidak bergerak, di bibirnya tersungging sebuah senyuman manis. Secara tak resmi aku telah berteman dengannya!

----

“Mama! Aku ingin beruang ini!”

Suatu hari, ucapan itu terlontar dari seorang gadis berambut coklat, dengan bola – bola menggantung di rambutnya. Ia menunjukku dari balik kaca. Lalu, wanita dewasa menghampiri kami, aku dan gadis itu tentunya. Gadis itu berhenti menunjukku, berpindah ke rok ‘mama’-nya. Ia menarik – narik bagian bawah rok ‘mama’-nya itu.

Tunggu.. ‘Mama’ itu sama dengan ‘ibu’ kan? Ah, sudahlah. Untuk apa aku memusingkan hal remeh seperti itu?

Aku melirik ke arah si Balerina, temanku itu. Jangan salah sangka, lho! Walaupun tidak bisa bergerak, aku bisa melirik ke segala arah! Eh, kecuali ke belakang tentunya. Ia masih tersenyum, tetapi senyumannya agak aneh. Mungkin ini adalah saatnya bagi kami untuk berpisah. Maafkan aku, kawan!

Ku arahkan pandanganku ke depan lagi. Lho? Gadis dengan wanita itu sudah hilang! Lalu samar – samar kudengar suara “cring” berbunyi. Biasanya, suara itu terdengar bila ada yang membuka pintu. Dan, samar – samar lagi kudengar suara mungil gadis tadi. “Mama! Aku ingin boneka beruang tadi!”

Ingin rasanya aku bergerak, menoleh ke belakang, dan melihat apa yang terjadi. Tapi yang bisa kulakukan hanyalah memasang telingaku baik – baik dan mendengar.

“Maaf, Pak, tapi sepertinya puteriku ingin beruang yang di etelase,” kali ini bukan suara gadis tadi, karena terdengarnya cukup berbeda. Mungkin wanita yang tadi bersama gadis itulah yang berbicara, karena tak ada penjaga toko yang suaranya seperti itu.

Aku diangkat. Kepalaku terasa pusing, dan aku berteriak dalam hati. Aku benci ketinggian! Dan, dalam sekejap aku sudah berada dalam pelukan gadis mungil itu.

Setelah wanita itu bercakap dengan sang penjaga toko, ia mengeluarkan beberapa lembar kertas kecil, dengan angka – angka yang tertera di atasnya. Kemudian ia menggandeng tangan si gadis, dan menuntunnya keluar toko. Aku bebas! Dari etelase toko, dari sinar menyilaukan, dan dari semua rasa kebosanan. Ketika melewati etelase toko, tepatnya dari bagian luar toko, aku menatap temanku. Si Balerina. Ia masih tersenyum, seolah membisikkan, “Semoga kau bahagia” .

----

Rumah baruku cukup luas. Setidaknya aku diletakkan di kamar yang tidak terlalu kecil, juga tidak terlalu besar. Cat temboknya bermotif bunga, dan berwarna pink. Kurasa mudah untuk membiasakan diri tinggal disini. Aku diletakkan di atas.. Hmm.. Seperti sebuah kotak besar yang empuk. Kalau tidak salah namanya ‘tempat tidur’, karena ‘mama’ gadis itu berkata seperti ini tadi, “Letakkan saja beruang itu di atas tempat tidurmu.”

Gadis itu menghampiriku. Ia melemparku tinggi – tinggi. Rasa benciku terhadap ketinggian semakin bertambah. Setelah puas menyiksaku, ia memelukku sambil berkata, “Mulai sekarang namamu Choco, ya! Habis kamu coklat sih.. Kayak cokelat!” ia tertawa. Sekali lagi ia melemparku.

Yah, itulah hari – hariku yang penuh canda, tawa, juga penderitaan karena dilempar – lempar.

----

Detik demi detik berlalu. Menit demi menit berlalu. Jam, kemudian hari. Hari menjadi minggu, dan minggu menjadi bulan. Beberapa bulan menjadi tahun. Sudah satu tahun lamanya aku tinggal bersama gadis itu. Cukup menyenangkan juga sih. Di rumah itu, aku mendapat beberapa teman baru. Para Barbie yang cantik, Nyonya Kelinci, dan yang lainnya. Bisa dibilang aku menikmati setiap waktuku berada disana.

Hingga suatu hari, gadis itu memelukku sambil menatap ‘mama’-nya. Wanita itu memasukkan baju – baju si gadis ke dalam tas besar. Entah apa yang akan dilakukannya. Para Barbie dan Nyonya Kelinci juga dimasukkan begitu saja ke dalam tas. Kasihan! Pasti mereka kesakitan, dimasukkan begitu saja. Untung aku dipeluk gadis ini! Terima kasih, penyelamatku!

“Mama? Kita akan kemana?” tanya gadis itu. Si ‘mama’ hanya diam, dengan wajah yang memucat. Ia masih memasukkan baju – baju itu ke dalam tas. Gadis kecil ini menatap wanita itu, dengan penuh rasa ingin tahu.

Selesai mengosongkan isi lemari baju si gadis ini, wanita itu menarik tangannya. Aku masih dalam dekapan gadis ini. “Mama, kita akan kemana?” pertanyaan yang sama diulang. Dan masih saja ‘mama’ terdiam. Ia menuntun gadis ini keluar dari rumah, dan menyalakan mesin mobil (tentunya aku tahu nama kaleng berjalan itu, setelah mendengar percakapan ‘mama’ dan gadis ini).

‘Mama’ masuk ke mobil, dan menyuruh si gadis masuk ke dalam mobil itu juga. Ia membuka pintu, duduk, kemudian berusaha menggapai pintu mobil untuk menutupnya.

Terlepas dari pelukannya, aku terjatuh. “Mama! Choco jatuh!” seru gadis itu panik. “Sudah! Biarkan saja! Kita harus bergegas!” wanita itu berkata, lalu si gadis menutup pintu mobil. Ia menatapku iba dari balik kaca.

Mobil itu berjalan, sembari dengan turunnya air dari langit.

Aku tergeletak di atas jalan, yang permukaannya kasar dan tidak nyaman.
Hei, gadis kecil. Kau akan datang lagi dan menjemputku kan?

Aku.. akan menunggu..

----

Aku duduk dengan manis di etalase toko. Harapan untuk dijemput sudah lenyap, karena aku tahu. Gadis itu tak akan kembali. Bersebelahan dengan si Balerina, sahabat lamaku. Ditemukan tergeletak di jalan sangatlah menyakitkan. Setelah tergeletak di pinggir jalan, seorang penjaga toko yang kukenali, yang kebetulan menemukanku. Ia membawaku kembali ke toko dan memandikanku hingga bersih. Dan, yahh.. aku berakhir di etelase toko lagi. Mungkin disini memang tempatku.

Balerina, masih dengan senyumannya yang sama.

"Selamat datang kembali!"

-end-