Mourning~

Kazu yang baru lari-lari dari toko, setelah membeli es krim peach, akhirnya tiba di sebuah tempat dengan banyak...batu nisan... Yep, tempat apa lagi itu selain pemakaman? Pemakaman, tempat banyak orang yang telah mati...dikuburkan. Lantas apa yang dilakukannya di sana, dengan membawa-bawa es krim peach?

Dia berjalan ke salah satu batu nisan, sebelum berjongkok berlagakbuanghajat di depannya dan mengusap batu yang dingin itu.

"Hei...sudah lama ya...sejak terakhir kali aku ke sini..."

Dia meletakkan es krim peach yang tadi baru dibelinya di depan batu itu. Senyum kecut pun terpasang di wajahnya.

Hujan mulai turun, dan Kazu pun mengeluarkan selembar kain untuk menutupi boks es krim itu.

"Hehehe... Seperti hari itu...hujan turun... Hanya saja kali ini aku bawa es krim kesukaanmu... Bagaimana?"

Tangannya menyusuri nama yang terukir di batu nisan itu, dan tidak jelas apakah dia menangis atau tidak...karena wajahnyaditutupitopengranran hujan yang turun membasahi bumi, ikut membasahi sekujur tubuhnya.

"Ayolah, cepat habiskan...supaya aku bisa kembali ke sekolah... Banyak yang menungguku..." kata Kazu lagi, tidak jelas pada siapa.

Batu nisan itu membisu, dan Kazu akhirnya duduk di depan nisan itu.

"Sepertinya kau ingin...aku di sini dulu ya? Baiklah...aku akan tinggal di sini sementara...menemanimu..."

Dia mengeluarkan rokok dari sakunya, tanpa peduli kalau mungkin hujan akan mematikan api rokok itu.

"Hei...aku ketemu seorang murid di sini... Dia mirip sekali denganmu... Reaksinya terhadap apa yang kulakukan...sangat mirip dengan reaksimu... Apa dia yang memang harus kulindungi...sebagai penebusan rasa bersalahku kepadamu?"

Pertanyaannya dijawab dengan kebisuan oleh batu nisan itu.

"Hahahaha... Jadi aku masih harus menunggu jawabannya? Baik, baik... Aku akan tinggal di sini sampai kau menjawabnya..."

Hujan turun semakin deras, tapi dia tetap duduk di depan nisan itu, tanpa payung. Rokoknya sudah mati karena basah, tapi dia tidak peduli. Dia duduk di sana, menunggu...

"Sensei..." Makoto yang kebingungan mau kemana dan melihat sensei malah menyaksikan adegan itu.
"Sensei...Disitu.." Makoto menunjuk batu nisan di depan sensei.
"Ada orang yang berarti bagi sensei, ya?" tanya Makoto.
"Orang yang berarti...Kenapa aku nggak bisa ingat, ya?"

Quote :

"Sensei...Disitu.." Makoto menunjuk batu nisan di depan sensei.
"Ada orang yang berarti bagi sensei, ya?" tanya Makoto.

"Yah, begitulah..." kata Kazu sambil mengangkat bahu. "Orang yang paling berarti bagiku...setidaknya dulu..."

Kazu mengusap lagi batu nisan itu.

"Karena sekarang...apapun yang kulakukan, aku tidak bisa membawanya kembali..."

"Yah, yang sudah ya sudah" kata Makoto.
Makoto menatap langit.
"Bodohnya aku...aku kehilangan sesuatu yang penting karena aliceku.." kata Makoto.

"..."

Kazu terdiam sejenak, lalu menoleh ke arah Makoto.

"Karena Alicemu...katamu?"

"Kayaknya...Dulu aku juga merasa kehilangan sesuatu......" kata Makoto.
"..setelah menggunakan aliceku untuk membuat virus-virus..." katanya.
"Kata'nya', itu memang efek samping aliceku" katanya. "Biasanya, itu nggak terlalu membuatku sedih dan kebingungan..Tapi kali ini..." Makoto mulai menangis.

"Hmmm..." Kazu menggumam.

'Lagi-lagi mereka...membuat orang lain menderita demi urusan pribadi mereka sendiri... Memang...orang-orang akademi ini...'

"Yah...apa boleh buat..." Kazu menepuk kepala Makoto. "Tapi...selama kamu masih sadar, kalau ada orang yang berharga bagimu...aku yakin, memori itu pasti kembali... Karena bila tidak..."

Kazu tersenyum.

"Mungkin...sesuatu akan menimpa orang akademi ini...mungkin..."

Kazu pun mulai tertawa maniak.

"Saaa... Bukan salahku kalau besok mereka bangun dengan memakai baju lolita yaah~ Heeem..."

Makoto berhenti menangis dan memandang Kazusen sambil swt.
"Sensei memang orang yang menarik..." Makoto nyengir.
"Udahan ya sensei~! Daah~" Makoto ngacir.
[out]

"Bye, Makoto..." kata Kazu sambil melambaikan tangannya ke arah Makoto. Dia menoleh lagi ke batu nisan di depannya.

"Hei...rupanya... Banyak juga yang mengalami nasib sepertimu...kehilangan sesuatu yang berharga karena sekolah ini... Benar-benar deh..."

Kazu pun tersenyum lagi.

"Ah...hujan belum berhenti... Aku pergi dulu deh... Sampai nanti..."

Dengan satu belaian terakhir ke nisan, Kazu pun meninggalkan tempat itu.

(OUT)

(muaaf double post~ biar sekalian ajah tempatnya)

Kazu kembali ke pemakaman itu, setelah kejar-kejaran dengan Hiino sebelumnya.

Dia berjongkok lagi di depan nisan yang sama, dan wajahnya terlihat makin kecut.

"Hahahaha... Anak itu membenciku... Apa itu artinya bukan dia, Seiji?"

Nisan itu menjawab dengan kebisuan.

"Baik...aku akan menunggu sejenak deh... Huh, kau selalu tidak langsung memberiku jawaban..."

Kira berjalan ke pemakaman. Kira melihat Kazu-sen di sana. "Ada Kazu-sen..", Kira mendekati Kazu-sen. "Nyaa~~", kata Kira sambil menggelitiki Kazu-sen.

"Kazu-sensei.. Liat Hiino nggak?? Controllernya...", kata Kira sambil mengambil controller Hiino dari tasnya. Kira menyerahkannya kepada Kazu-sen.

"Kazu-sensei aja yang megang..", kata Kira lagi. Lalu Kira melihat Kazu-sen sedang berada di depan sebuah batu nisan.

"Itu.. Makam siapa??", tanya Kira panasaran. Dia duduk di sebelah sensei. Namun karena dia mengantuk dia tertidur di sebelah Kazu-sen. Wajahnya saat tidur itu sangat imut, lucu dan innocent. Dia tertidur dengan sangat pulas.

Quote :

"Kazu-sensei.. Liat Hiino nggak?? Controllernya...", kata Kira sambil mengambil controller Hiino dari tasnya. Kira menyerahkannya kepada Kazu-sen.

"Kazu-sensei aja yang megang..", kata Kira lagi.

"Lha? Kok aku?" tanya Kazu sambil sweatdropped.

Quote :

"Itu.. Makam siapa??", tanya Kira panasaran.

"Seseorang, Kira-chan..." jawab Kazu, sama persis seperti di Hospital waktu itu.

Quote :

Namun karena dia mengantuk dia tertidur di sebelah Kazu-sen. Wajahnya saat tidur itu sangat imut, lucu dan innocent. Dia tertidur dengan sangat pulas.

"Ini anak malah ketiduran..." gumam Kazu, makin sweatdropped. Tapi, dia melayangkan matanya kembali ke makam di depannya, masih saja bengong...seolah dia sedang mengadakan kontak batin dengan si penghuni makam.

"Bodoh...jawabanmu lama sekali..."

OOT: ini lokasi di pemakaman bukan? ^^
IT:

Ayuri kembali memasuki ke pemakaman. Kemudian, dia melihat ada seseorang yang sudah ada di sana.

Rupanya makam yang akan dikunjungi gadis berambut merah ini letaknya tidak jauh dari makam yang bersama sang guru pedofil itu.

Gadis itu terus berjalan melewati Hidekazu dan sampai ke makam yang waktu itu dia kunjungi.

OOT: iyeh~

Di tengah-tengah menunggu jawaban yang tentu saja tak akan datang, Kazu melihat seorang gadis berambut merah berjalan ke arahnya...dan melewatinya, ke makam di dekatnya.

"Oh, Ayuri-san..." kata Kazu begitu melihat Ayuri. "Melayat juga, kah?"

"..." Ayuri hanya mengangguk dan berdiri di depan makam yang ukirannya sudah tergores ke mana2 tersebut.

Gadis berambut merah itu melihat ke makam yang dikunjungi oleh Hidekazu pula. "...kau juga?" tanyanya.

Quote :

"...kau juga?" tanyanya.

"Begitulah..." jawab Kazu sambil tersenyum kecut.

Dan dia pun kembali terdiam, sesekali tangannya membelai nama yang terukir di nisan itu.

Ayuri mendiami dengan apa Hidekazu lakukan. Dia melihat kepada makam yang ada dihadapannya.

"...makam seseorang yang kau sayangi kah, Ayuri-san...?"

Kazu bertanya mendadak, tanpa melepaskan pandangan dari nisan di depannya.

Kira yang masih tertidur pulas mengigau, "Ukh.. Nggak.. Aku nggak mau...", igau Kira sambil menangis. Sepertinya dia bermimpi masa lalunya yang menyedihkan dan menyiksa dirinya.

Quote :

"...makam seseorang yang kau sayangi kah, Ayuri-san...?"

"..." Ayuri tidak merespon perkataan Hidekazu. Dia terus menatap kepada makam itu.

Quote :

"Ukh.. Nggak.. Aku nggak mau...", igau Kira sambil menangis.

Ayuri melihat igauan Kira yang menangis. Gadis berambut merah itu menatap kepada anak itu lalu menghampirinya. Dia kemudian mengusap air matanya Kira dan memeluknya dengan harapan Kira tidak bermimpi buruk kembali.

Kazu melihat Kira yang dipeluk Ayuri supaya dia tidak menangis lagi. Kazu tersenyum, sebelum membelai kepala Kira yang ada di pelukan Ayuri.

"Kasihan ya... Sekecil ini sudah mengalami kejadian buruk hingga trauma..."

Lalu dia terkekeh sedikit.

"Tidak kusangka kau perhatian juga, Ayuri-san..."

"Hiks.. Hiks.. Pergi.. Jangan ikuti aku!!", igau Kira lagi. Dia gemetaran ketakutan. Mimpi tentang masa lalunya itu benar-benar menakutkannya.

"Kau... Kau... Kenapa kau masih mengikuti ku?! Kubilang pergi..! Hiks.. Hiks..", igau Kira karena didalam mimpinya dia diikuti orang yang dia sangat amat takuti.

Quote :

"Tidak kusangka kau perhatian juga, Ayuri-san..."

"..." Ayuri hanya terdiam saja.

Quote :

"Hiks.. Hiks.. Pergi.. Jangan ikuti aku!!", igau Kira lagi. Dia gemetaran ketakutan. Mimpi tentang masa lalunya itu benar-benar menakutkannya.

"Kau... Kau... Kenapa kau masih mengikuti ku?! Kubilang pergi..! Hiks.. Hiks..", igau Kira karena didalam mimpinya dia diikuti orang yang dia sangat amat takuti.

Ayuri memeluk terus Kira meskipun Kira gemetaran. "...jangan takut..." ujarnya kecil.

OOT: huwa... jadi yuri ayuri sama kira ya *digaplok*

"Hem... Kasihan... Sampai mimpi buruk begitu... Tapi memang tidak ada yang bisa kita lakukan sih..."

Kazu membelai lagi nisan di depannya.

"Aku juga...terkadang mimpi buruk..."

OOT: mati aja enak aja ^^;
IT:

"...mimpi...hanyalah ilusi...tidak lebih..." ujarnya sambil terus memeluk Kira.