Tunggu

Dahulu orang bijak pernah berkata, 'Janganlah terikat dengan masa lalu. Hiduplah untuk masa sekarang. Masa lalu telah lewat.'

Keledaipun tahu kalau masa lalu telah tiada. Keledai yang dijuluki si dungu itu pun mengerti.

Kamar itu bercahayakan lampu remang-remang dan terdapat sebuah keluarga sedang melakukan aktifitasnya masing-masing.

Seorang anak berumur 9 tahun tampak asik menumpuk buku-buku yang terdapat di ruangan dan membentuknya menjadi sebuah bangunan kecil.

Adiknya menghampiri dan mengamati tumpukan buku itu. Ia tampak terkesima olehnya.

"Kakak hebat ya," puji sang adik.

Sang kakak diam dan tetap menyusun buku-buku itu.

"Kakak, gimana sih cara Kakak menyusun buku-buku itu? Aku pengen belajar."

Sang kakak tetap tidak menjawab dan kali ini menatap adiknya dengan pandangan kesal.

"Kakak, Kakak..."


BRAK! Tumpukan buku-buku itu hancur berantakan. Sang kakak telah menendang hasil ciptaannya sendiri. Dengan pandangan frustasi, sang kakak lalu menendang rak buku yang ada di dekatnya hingga kakinya terluka.

"Nauka!" jerit sang ibu sambil menghampirinya dan mengamati kakinya yang terluka.

Ayah yang sigap segera menggendong Nauka dan memeluknya erat agar anak itu tidak macam-macam lagi.

"Ibu! Jangan diam saja! Cepat bawakan obatnya!" ujar Ayah.

"Tapi bagaimana dengan lukanya?"

"Itu bisa diurus nanti. Cepat bawakan obatnya sebelum ia melukai dirinya sendiri lebih jauh!"


Sang ibu meninggalkan ruangan.

Terdengar isak tangis dan jeritan.

Sang adik terduduk lemas di lantai menatap kakaknya yang sedang meronta-ronta di pelukan sang ayah.

Tak lama kemudian sang ibu kembali dan memberikan obat ke dalam mulut anak sulungnya.

Isak tangis mereda dan jeritan menghilang.

Sang ayah lalu membawa anak sulungnya yang telah terlelap ke dalam ruang tidur.

Adik berjalan menghampiri ibunya sambil bertanya dengan suara bergetar, "Kenapa Kakak begitu, Bu? Apa salahku?"


Ibu menggeleng lemas, "Kau tidak salah."

"Jadi itu salah Kakak?"

"Tidak. Itu juga bukan salahnya."


Sang adik terdiam dan lalu merangkak duduk di pangkuan ibunya yang sedang meratapi nasib di sofa keluarga.

"...Eanae. Kamu begitu manis," bisik Ibu sambil mencium kening si bungsu.

Mereka berdua membisu.




Tak lama terdengar dari kejauhan suara rontaan dan jeritan yang khas itu lagi. Dan sang ayah tampak mendesah keras sambil mengerutkan dahi.




Sampai kapanpun masa lalu akan menjadi bagian dari masa sekarang.

TBC



---------------------

Spoiler:

Wah,ternyata bener Nauka ada kelainan,
ck ck ck,pantes jd kayak sekarang...
btw,Lanjut Nau,jgn lama2

itu genetik loh

genetik

menyedihkan ya

penyakit masa lalu

trus2an masuk ke dalam generasi muda

ternyata...2-2nya kelainan ^^;
agak aneh juga sih...
bikin lg dong

Wah...
G disangka...
Lanjutin dong senpai...

^^;; Ntar deh klo uda dateng si ilham ^^;;

*sigh*
kappa ini yah^^;

angsty FTW

makin lama nauka makin keliatan belangnya ajah -_-

apanya yg belang? hidungnya?

bukannya uda dari dulu ya? *digampar*

Nauka keliatan banget kelainannya ^^;
Apalagi waktu dia ama si Amon *digampar*

Tapi kalo ini bener2 terlalu psycho gw bilang....

bukan psycho... ^^;; beda.

psycho = cinta kesadisan, suka mengeksploitasi kelemahan orang lain, suka darah

austism campur hyperactive = sering larut dalam pikiran dan dunia sendiri karena kreativitasnya yang tinggi. tp klo terganggu akan jadi tantrum. ^^;; cenderung ga ngerti apa2 slain diri ndiri.

bisa dibilang ini efek samping alice nauka yg bikin dia memiliki kreativitas yg tinggi, tp cuma bisa dinikmati oleh dia ndiri.

makanya dia larut dalam ide2 ndiri dan sulit komunikasi ama orang--DULUNYA.



FYI obat yg dikasiin ke nauka itu obat penenang biasa.

rasanya... kadang kappa pemikirannya terlalu rumit?
*peluk* DX *ditabok*

jadi dulunya si Nauka itu tipikal introvert ya?

@ayuri: yep

@hime: charanya ato yg maeninnya? ^^;;

rasanya dua2nya, kurang lebih ga beda2 jauh...?
*digaplok*

ga ding^^ becanda, anggep aja ngga^^;a hehehe..

Hari itu sangatlah dingin. Tidak ada seorangpun yang mau keluar dari selimutnya--kecuali Nauka.

Ia menonton kobaran api dalam perapian. Setiap gerakan ia cermati selama berjam-jam.

"...Ada sesuatu di dalam sana," gumamnya pada diri sendiri. Ia sudah
terbiasa berbicara pada dirinya sendiri karena tidak ada seorangpun
yang mengerti jalan pikirannya. "Kalau api sedang menyala, aku dapat
melihat bayangan di dalam sana."

Nauka merangkak mendekati perapian dan menikmati hembusan panas yang dihasilkannya.

"Aku ingin tahu," gumamnya. "Aku ingin masuk kesana."

Satu langkah, dua langkah, tiga langkah. Ia semakin mendekat dengan perapian itu.

Tangan kurusnya yang penuh bekas luka meraih perapian.

Rasa panasnya api membakar jari telunjuknya, tapi entah kenapa Nauka sudah seperti mati rasa.

"...Harus masuk ke sana," gumamnya dengan nada datar. "Di dalam sanalah tempatku."

Tiba-tiba terdengar sebuah jeritan dan keramik pecah. Suara derap langkah panik menyusul dua suara tadi.

"NAUKA! APA-APAAN INI?!" jerit Ibu sambil menarik tubuh Nauka menjauh dari perapian. Ia lalu meraih vas berisi air dan mematikan api di perapian.

"Jangan, Ibu! Jangan dimatikan!" pinta Nauka dengan suara bergetar menahan tangis.

Sang ibu mendesah, "Kenapa jadi kamu yang menangis? Harusnya ibu yang menangis karena ibu benar-benar tidak mengerti dirimu!"

"Ka-karena itulah!" jerit Nauka. Tangisnya pecah dan ia meringkuk di lantai sembari menyembunyikan wajahnya yang berantakan. "Karena itulah... Hanya 'mereka' yang di balik perapian itu yang mengerti aku."

"Kamu berkhayal lagi, Nauka," ujar sang ibu sambil mengusap anak sulungnya. "Tidak ada orang dibalik perapian itu."

Hening.

"Sudahlah. Sebaiknya kamu tidur saja." Sang ibu bangkit berdiri dan meninggalkannya.

Kembali hening.

"...Tapi aku memang tidak bilang 'orang'." bisik
Nauka sambil duduk termanggu.

TBC

Ya ampun....
Nauka bener-bener punya kelainan...
meski awalnya kelihatan sebagai anak nakal yang lucu (?)
tapi ternyata...

Sikapnya sangat introvert banget ^^;
Pantes jadi 'gila' pas udah ketemu Amon tercinta dkk

Ternyata keadaan otaknya emang udah kyk gitu dr dulu...pantesan...*Dilempar ke Api.
Nauka itu kayak punya halusinasi gitu ya...?

Quote :

Nauka itu kayak punya halusinasi gitu ya...?

bukan.

Smart people don't see different things. They see things differently.

Kira-kira gitulah.

Karena alicenya adalah 'menciptakan benda aneh', maka tentu saja itu ngaruh ke jalan pikirannya yang rada aneh.

Ga mungkin kan benda itu langsung muncul tanpa perencanaan yang aneh dari otaknya yang ga kalah aneh?

Quote :

Sikapnya sangat introvert banget ^^;

engga introvert, cuma susa punya temen aja. sebenernya dia intrapersonal kok

Musim dingin meleleh menjadi musim semi, lalu musim semi bergulir menjadi musim panas.

Sesungging senyum lebar terpampang di wajah Nauka, meskipun bagi Ibunya itu bukanlah hal spesial karena sebagai anak dengan cacat mental Nauka memang sering tersenyum sendiri.

Tapi hari ini berbeda. Tes kejiwaan yang minggu lalu ia jalani membuktikan kalau ia tidak apa-apa, dan ia diperbolehkan berjalan-jalan di luar. Sang dokter menganggapnya sebagai salah satu terapi.

PLOK! Tiba-tiba sebuah bola kasti melayang ke mukanya dan membuat Nauka jatuh terjerembab.

"Oi!!! Kmu gapapa?" tanya seseorang sambil meraih tubuhnya dan membantunya berdiri.

Nauka mengucek matanya yang sedikit kelilipan, dan mendapati sesosok anak sebaya dengannya.

"Kok kmu bisa sih bengong di jalanan gini? Buruan berdiri!" Anak itu menarik Nauka bangun. Tiba-tiba anak itu memandang Nauka dengan pandangan aneh.

"Hmmm... Kok auramu beda sih?" ujar anak itu heran.

Nauka yang dari tadi belum sempat bicara kini ikutan heran, "Aura? Apa itu?"

"Ga tau ya? Sudahlah. Toh banyak yang ga ngerti apa kataku," Anak itu cemberut.

Mendengar ini Nauka tersenyum, merasa senang ada yang senasib.

"Aku juga. Orangtuaku tidak mengerti ak. Mereka sampai membawaku ke dokter psikologis dan--"

"HAH?! Kamu jadi orang gila gitu ya? Kabur ya?!" teriak anak itu.

Nauka buru-buru menggeleng, "Bu-bukan! Aku... tidak gila... mungkin."

"Maksudnya mungkin?"

"Aku juga tidak yakin. Soalnya tidak ada yang mengerti aku sih... Jadi aku memang tidak normal," jelas Nauka lirih. "Mereka tidak mengerti jalan pikiranku. Berarti aku gila kan?"

"Oooh... Itu sih mungkin," timpal anak itu jujur. "Tapi ga ada yang tau juga apa yang ak lihat."

"Hah?"

Anak itu lalu menunjuk ke suatu arah yang kosong.

Nauka menengok ke arah yang ditujukan, "Apaan? Tidak ada siapa-siapa atau apapun yang berarti tuh."

"Betul kan? Makanya kamu ga ngerti ak! Ak bisa liat, kmu ga bisa. Orang lain juga ga bisa. Cuma ak! Cuma ak yg tau apa yang ada disana!" ujar anak itu.

"Heee? Kadang-kadang ak juga melihat sesuatu yang tidak bisa diliat orang lain, kok! Misalnya pas ak melihat perapian, kadang ak melihat 'sesuatu'!" kata Nauka tidak terima.

Anak itu memandang Nauka dengan tatapan meremehkan, "Tidak. Itu sih halusinasi. Yang kulihat ini nyata. Dia bisa menyentuhmu."

Nauka bingung.

"Yah tp meskipun kmu tetap ga bisa mengerti ak, ak seneng sih ada yg sama-sama dianggap aneh," ujar anak itu sambil tersenyum ramah. "Namaku Sefron si anak aneh. Kamu?"

Nauka tersenyum, "Nauka. Ak juga anak aneh, kok."





"Loh bukannya tadi kmu bilang kmu itu gila?"

"...."



TBC

Wehehehhe...nauka sama sefron ketemu...Pertemuan pertama 2 orang yg bakalan ngeRusak guncang Alice Academy...

Keren nauka...!! Lanjutin..!! lanjutin..!!

Itu Sefron ya?
Perasaan gw kayaknya bakal ada sesuatu yang menarik berikutnya...

Lanjutin ya!

yang ini bagus kappa^^
g terlalu gimana gitu^^ dua makhluk ajaib bertemu XD