Tunggu

@ayuri

jgn ekspektasi tralu tinggi kalo ga mo kecewa ^^;;

@hime

kan ada saatnya turun dan ada juga saatnya naik.

Weekekekekkekekeke...duo orang aneh terbentuk!!
Lanjutin yah ukauka~

bagus2 Dx

Nauka gak keliatan gelap lagi >_<

Nauka wrote:

@ayuri

jgn ekspektasi tralu tinggi kalo ga mo kecewa ^^;;

Kan cuman feeling aja ^^
Tapi...nanti liat aja nantinya

Quote :

Nauka gak keliatan gelap lagi >_<

FYI
ak ini masih penulis angsty loh. yay for angst~ \(^w^)/

Quote :

Kan cuman feeling aja ^^
Tapi...nanti liat aja nantinya

Spoiler:

sedih banget sih liat nauka

kesannya nauka bener2 punya topeng gitu Dx

kaname ajah gak se-angsty itu Dx

Tahun bergulir, lambat laun sang anak kecil pun harus bertumbuh besar. Tidak ada yang bisa menentang waktu. Tidak ada.

"Nauka, bantu Ibu sebentar," panggil ibunya.

Nauka bangkit dari tempat duduknya dan berjalan malas menuju dapur.

"Ada apa?" tanyanya sambil menggaruk2 kepalanya yang tidak gatal.

Sang ibu tampak sedang sibuk mengupas buah apel.

"Kamu kan pintar memasak, bisa bantu Ibu membuat kue?" ujar Ibu sambil menyerahkan mangkuk berisi adonan kue.


"Pai Apel ya?" gumam Nauka lalu melirik ke kalendar yang tergantung di tembok. "...Sebentar lagi ulang tahun Eanae yang kesebelas ya."

"Iya." Ibu menjawab singkat dan kembali melanjutkan kesibukannya.

Hening.

Yang terdengar hanyalah bunyi kecil apel terkupas dan adonan diaduk.

"Nauka, tidak terasa kamu sudah tiga belas tahun," ujar sang ibu memecah kesunyian. "Kamu sudah banyak berubah."

Nauka mengangguk pelan.

"Kamu masih meminum obat itu kan?" tanya Ibu dengan wajah serius.

Nauka kembali mengangguk, berbohong.

Obat yang dimaksud oleh ibunya adalah berbagai obat penenang yang ditujukan untuk mereka dengan cacat mental. Tapi kini Nauka sudah mengerti ia tidak gila.

Ia pasti bukan.

Tapi ia sendiri tidak tahu apa.

"Kadang ibu sedih," ujar sang ibu sambil memasukan potongan apel ke dalam adonan. "Kamu begitu pintar, tapi kenapa kamu terus melakukan perbuatan aneh dan menciptakan benda-benda aneh."

Nauka diam saja dan lalu berjalan ke arah oven untuk memanggang pai tersebut.

"Hhh... Tadinya ibu pikir kamu ini pengguna alice," desah Ibu. "Waktu kamu masih balita, kamu begitu jenius dan cepat bisa berbicara."

Nauka tampak bingung, "Alice?"

"Iya. Seperti adikmu," ujar sang ibu.

PRANG! Terdengar kerusuhan di ruang keluarga. Nauka dan Ibu langsung lari menuju lokasi kejadian.

Eanae tampak meringkuk di balik sofa, dan televisi sudah terjatuh dari tempatnya.

"Aduuh... Lagi-lagi ya?" keluh sang ibu. Lalu ia berjalan keluar untuk memanggil Ayah.

Nauka menggendong Eanae dan mengamankannya di kamar.

"Terima kasih ya, Kak," bisik Eanae.

"Menyebalkan," gumam Nauka ketus. "Menyebalkan dan merepotkan."

"Hah?"

Nauka menurunkan Eanae di tempat tidur.



"Kamu betul-betul anak yang beruntung," ujar Nauka dingin sambil keluar kamar.

"Aku sangat iri padamu"


TBC

Wah...iri kepada sodara sendiri!
Lanjutin!

Kasian Nauka
Sebagai kakak juga punya perasaan yang berat

*peluk kappa*
....speechles^^;

kenapa hime? ^^;; hime kurang suka cerita angst ya?

@ayuri

itu kan uda sewajarnya. sibling rivalry

Musim panas, matahari bersinar terik.

Nauka bengong menatap keluar jendela. Sebuah mobil tampak bergerak menjauh.

"...Pergi ya," gumam Nauka dengan pandangan kosong. "Karena Eanae punya alice maka dia pergi."

"Yah, begitulah," ujar ibunya yang sedang membaca tidak jauh dari situ. "Setidaknya dapur Ibu tidak berantakan lagi."

Nauka mendesah keras lalu duduk di karpet sambil memainkan benda aneh yang mengeluarkan suara kucing buatannya.

"Benda apa itu, Nauka?" tanya ayahnya yang baru datang penasaran.

"Peluit pemanggil kucing," jelas Nauka sambil memainkan benda itu. "Nanti kucing akan datang dan mencuri makanan."

Ayahnya langsung merampas peluit itu dari tangan Nauka, "Untuk apa kamu buat benda semacam ini?"

PLOK! Peluit itu ia lemparkan ke tempat sampah.

"Aku merasa 'perlu' membuatnya," jawab Nauka lalu tersenyum.

"Kamu sering sekali tersenyum aneh seperti itu," celetuk Ibunya tiba-tiba. "Sebenarnya kenapa sih kamu senyum? Ibu tidak mengerti kamu. Padahal ibu sendiri yang melahirkan dan membesarkanmu."

"Yah... Aku juga tidak mengerti," senyum Nauka. "Mungkin karena aku juga punya alice."

"Alice? Tidak mungkin! Pemerintah sudah datang ke rumah ini dan memeriksa kalian berdua," tawa Ibu geli. "Mereka bilang yang memiliki alice hanya Eanae."

"Ya. Lagipula mana ada alice seperti milikmu ini," tambah sang ayah.

Nauka menggigit bibir, "Tahu dari mana?"

"Kita juga dulu pengguna alice kok," jawab sang ibu.

"Dulu?" tanya Nauka heran.

"Ya. Alice kami menghilang setelah kami lulus dari sekolah," terang Ayah.

Nauka bingung sendiri. "Lalu? Alice kalian apa?"

"Ibu bisa melayang," jawab Ayah mewakili Ibu.

"Dan Ayah?"

"...Bisa berubah jadi gorila." jawab ayah canggung.

Nauka bengong.

Tapi yang lebih dipusingkannya adalah; kalau dia bukan pengguna alice, lantas dia apa?

Apakah dia benar-benar cacat mental?

Pandangan Nauka kembali pada jendela. Sosok mobil yang membawa Eanae telah hilang dari pandangan.

Entah kenapa Nauka merasa kehilangan.

Weks! Keluarga mantan Alice!! O_o;
Nauka bener2 gak bisa ketebak pikirannya ^^;

kayaknya soal keluarganya emang pernah disebutin di profil registrasi nauka deh.

eh? ato lom ya?

lupa... ^^;;

cuman nae yang disebutin punya alice

WKAKAKAKAKAKA

JADI GORILLA!?!?!? GYAHAHAHAHAHA

<< ketawa sejadi2nya

yah tp ak uda pnah sih nyebutin di tempat lain (lupa linknya) klo nae ilang alicenya karena faktor keturunan.

WAKAKKAKAKA....SI AYAH BERUBAH JD GORILA... ::
KEREN NAU...!! TERUSIN...!!

uda untung ga jadi king kong.

apa bedanya? -_-?

loh? kalo gitu nanti nau alicenya ilang? O__O?

jangan2 nau jadi alim lagi!?!? gara2 prank masternya ilang (

Berarti keluarganya punya tipe alice yang habis sewaktu mulai dewasa ya?

Ada kemungkinan dong si uka2 bakalan ngilang...-__-
Jgn ilang uka2...kami mendukung mu..(?)

Btw, nih cerita (serial Tunggu), uda tamat loh ^^;;

sori lupa ngasih "The End"

ayahnya nau-chan jadi gorilah!
udah tamat?? yaaah.. ya udah lah...