My ALICE Begin

Beberapa tahun silam. Saat itu Proffesor masih berumur 3 tahun. Ia hidup di tengah keluarga kaya raya. Ibunya adalah kepala Gangster dan ayahnya adalah seorang buaya darat yang tak pernah betah tinggal di rumah. Ibu Proffesor dan anggota gangsternya hanya memiliki satu musuh... Ayah Proffesor. Perseteruan satu keluarga ini membuat keadaan rumah seperti Perang Dunia ke-II.

Hidup di dalam kesepian membuat Proffesor tidak mengenal perasaan. Hidupnya dilalui dalam kekelaman dan bising bunyi senjata.

Di hari ulang tahun ke-4 nya,, ayah Proffesor pulang ke rumah untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada Proffesor. Saat melihat ayahnya, Proffesor sangat senang dan berlari untuk memeluk ayahnya. Tapi,, duar... sebuah peluru melesat di pelipisnya dan menghantam tembok di sisi kanan ayahnya.

"Untuk apa kau datang ke sini?", kesal Ibu Proffesor.
"Sudahlah, hari ini Proffesor ulang tahun. Aku hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun padanya.", ucap ayah.
"Dia tidak butuh ayah sepertimu!"

...

dan semuanya berlangsung seperti biasa,, cekcok mulut lalu baku tembak.

Proffesor berlari menuju kamarnya. Ia menagis tanpa henti. Di saat itu, muncullah seorang wanita berpakaian seorang pembantu. Sentuhannya begitu lembut... sentuhan yang selama ini diangankan oleh Proffesor.

Jangan menagis... mulai sekarang aku akan selalu bersamamu...

[to be continue]

Malangnya nasib si proffesor. . .


Lanjutin !

Kasian...... Malang nian dirimu.....

Lanjutin ya......

walah! benar2 ajang perang ^^;
Penggunaan kalimatnya bagus ^^

Namanya Proffesor (profesor) kan?

Terlalu pendek! ;
Walau ada tulisan To Be Continued-nya sih ..

Sadis nyo, sedikit - sedikit main tembak ..
Nice kk, nulisnya rapi, penggunaan kalimatnya juga bagus

Tapi ada tanda baca yang salah, ya?

Quote :

Tapi,, duar... sebuah peluru melesat di pelipisnya dan menghantam tembok di sisi kanan ayahnya.

Tanda koma setelah kata 'Tapi' itu sengaja dikasih 2, atau .. salah ketik?

Ditunggu lanjutannya ..
Ganbatte, nee ~!

OOS (Out Of Story) :

Quote :

Tapi ada tanda baca yang salah, ya?

Quote:

Tapi,, duar... sebuah peluru melesat di pelipisnya dan menghantam tembok di sisi kanan ayahnya.

Tanda koma setelah kata 'Tapi' itu sengaja dikasih 2, atau .. salah ketik?

Hohohoho,, itu sengaja,, gaya nulis saya...

Quote :

Penggunaan kalimatnya bagus ^^

Thnx yah,, atas komen yang membesarkan kepala saya ini ^^

Quote :

Lanjutin ya......

Quote :

Lanjutin !

Quote :

Ditunggu lanjutannya ..
Ganbatte, nee ~!

sesuai permintaan,, akan saya lanjutkan

Sentuhan itu menghilangkan kesedihan di hati Proffesor. Tanpa memikirkan dari mana dan bagaimana datangnya wanita itu,, Proffesor segera mendekapnya dengan pelukan hangat.

...

Malam itu... dilalui dengan tangis penuh kehangatan.

Tak sadar Proffesor tertidur dan bangun esok harinya. Satu hal yang membuat ia kecewa pagi itu,, ia tidak melihat wanita yang menemaninya tadi malam.

Hari-harinya dilalui seperti biasa, sarapan paginya dilalui dengan keheningan. Pergi ke sekolah dan belajar dalam perenungan. Ia mendambakan sosok wanita yang dianggapnya sebagai ibu yang sebenarnya itu.

Sepulang sekolah ia merenung dan menatap wajahnya di pinggir sungai. Dalam imajinasinya yang terpantul di permukaan air,, sosok wanita itu menemani di sisinya. Imajinasi yang membuat air mata mengalir di pipi merahnya.

Sampai malam ia terus menangis dan menangis di sisi sungai. Tak memperdulikan dinginnya angin malam yang menusuk. Tubuhnya mati rasa. Pikirannya tak karuan. Air matanya seolah menggambarkan betapa besar rasa rindunya akan kehangatan itu.

[to be continue]

Sep, udah ada lanjutannya ^^

.. Eto,
Zetsumei-san sekali post kenapa gak panjang sekalian aja?

Gahaha, saya bingung mau komentar apa lagi

Biar penasaran euyy...

Kalo kepanjangan takut bablas dan merusak beberapa post yang sudah menyatakan kalau Alice saya permanent summoning.

Ini juga sebenernya udah bablas,, tapi nanti dipikirin lagi dech...

Plukk... sesuatu menyentuh bahu Proffesor. Proffesor segera membuang pandang ke arah datangnya sesuatu itu.

Seorang kakek tua berdiri di sana. Senyumnya lebar menghiasi wajah tua dan keriputnya.

"Jangan menagis...", katanya singkat.
"Apa yang terjadi, nak?", tanyanya pada Proffesor.

Saat itu,, semua kesedihan Proffesor segera ditumpahkan pada si kakek tua.

"Hohohohoho...", tawa si kakek menggema di sisi sungai itu. Tawanya membuat Proffesor bingung akan apa yang dilakukan si kakek tua tersebut.

Kakek itu lalu bangkit berdiri dan menepuk pundak Proffesor sekali lagi. Senyumnya merekah di wajahnya lagi.

"Kau tidak akan kesepian lagi,, hohohohoho...", tawa si kakek tua itu hilang di balik cahaya matahari senja.

[to be continue]

Quote :

Hohohoho,, itu sengaja,, gaya nulis saya...

Mungkin itu bisa diperbaiki mulai dari... sekarang? ^^; Gaya menulis sih gaya menulis. Tapi bukan malah jadi menyalahi tata bahasa ya.

Habis,, tiap mau ngetik koma,, otomatis mencet dua kali. Uda reflek,, jadi susah hilang... Apa mengganggu saat membaca?