Alice Cemetery

Ayuri berjalan memasuki Cemetery. Banyak sekali batu nisan yang ada di sekelilingnya.

Dia kemudian menuju ke salah satu batu nisan tersebut. Terukir nama seseorang di sana. Gadis bermata lancip ini berhenti dan berdiri di sana.

"..." Ayuri hanya berdiam diri saja sambil menggenggam kedua benda yang nyaris dihancurkan oleh orang misterius pada waktu malam tadi.

"....."

Tanah kuburan sebenarnya adalah tempat yang tabu untuk remaja smp itu, namun ia datang tanpa alasan yang jelas sambil mendengarkan lagu-lagu dari iPOD miliknya. Begitu ia berjalan jalan, ia melihat seorang gadis... berambut merah.

...anak dangerous...? batin Hiino penasaran, kemudian mendekati gadis itu

"yo...!" sapa Hiino santai.

....benar...ternyata dangerous yang waktu itu...

"Hiino-saaaan!" Makoto menghampiri Hiino sambil senyum.
"Sudahlah, lupakan saja...Lagipula ada..." Makoto melirik Ayuri.
"Ayuri-chan....Dia mirip dengannya, pendiam.....Aku jadi kangen padanya...." pikir Makoto.
"Sudahlah...Kami takkan bertemu lagi.......Orangtuanya tampak keras..." desah Makoto.
"Ah! Ada Ayuri-chan juga~!" kata Makoto menyembunyikan apa yang ada di hatinya. Dia memeluk Ayuri.

Quote :

"Hiino-saaaan!" Makoto menghampiri Hiino sambil senyum.

Quote :

Dia memeluk Ayuri.

OOT : dia meluk beneran ?

IT

....!!!!
Hiino membalikkan pandangannya.

tenang... tenang...baru keluar dari rumah sakit, masa langsung balik lagi.... batin remaja itu sambil memainkan kacamatanya...

"...Ma...makoto san" panggilnya. Padahal tidak ada apa-apa. Hiino memanggilnya cuma karena iseng saja...

"..." Ayuri menghiraukan pendatang lain. Dia terus menatap kepada batu nisan tersebut.

Quote :

"Ah! Ada Ayuri-chan juga~!" kata Makoto menyembunyikan apa yang ada di hatinya. Dia memeluk Ayuri.

Ayuri yang tidak siap langsung terjatuh namun berhasil menghindari batu nisan yang dihadapannya.

"Ah! Maaf, Ayuri-chan tidak apa-apa?" Makoto mencoba menolong Ayuri.
".....Maaf ya..." kata Makoto.

"....Makoto...." panggil pemuda yang ada di sana


"....kau suka memeluk cewek seenaknya yah" ucapnya jujur pada Makoto. Wajahnya masih memerah saja...

Kozuki Makoto wrote:

"Ah! Maaf, Ayuri-chan tidak apa-apa?" Makoto mencoba menolong Ayuri.
".....Maaf ya..." kata Makoto.

Ayuri kemudian berdiri dan membersihkan kotoran2 yang ada di bajunya.

"...apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Ayuri

Quote :

"...apa yang kalian lakukan di sini?"

"...iseng aja. bosen" ucapnya santai.

"...kau sendiri, buat apa mendatangi tempat seperti ini...?" tanya Hiino balik

"..." Ayuri berbalik badan dan mengelus batu nisan yang barusan ia hindari.

"...mengunjungi...kenapa?" tanya balik Ayuri.

Kuri berjalan masuk ke areal pemakaman. Tujuannya? Tidak ada. Seperti biasa, ia hanya bergerak kemanapun kakinya mengantarnya.

Ia melihat Makoto dari kejauhan. Tapi hanya menatapnya dari kejauhan.

Quote :

"...mengunjungi...kenapa?" tanya balik Ayuri

"...kamu sendiri juga mengunjungi, kan?" tanya Hiino balik.

Tidak ada pertanyaan yang ingin dijawabnya. Remaja itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal

Ayuri yang dikaruniai Sensing Analyzer, merasakan ada seseorang selain mereka bertiga ada.

Mata gadis berambut merah itu menatap kepada orang itu (Kuripura).

Quote :

"...kamu sendiri juga mengunjungi, kan?" tanya Hiino balik.

Tidak ada pertanyaan yang ingin dijawabnya. Remaja itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal

"..." Ayuri membalikkan kepalanya lalu menatap kepada batu nisan didepannya.

Kuri balas menatap Ayuri dengan tatapan tanpa ekspresnya (yang tidak seperti Ayuri yg dingin, malah justru terkesan bodoh).

"...Apa lihat-lihat?" ujarnya pada akhirnya.

"Err...Aku kesini...Nggak tahu deh..." Makoto senyum ga jelas.
Makoto melihat batu-batu nisan yang ada.
"Semua orang ini sebelumnya hidup, ya..."

Karena penasaran , akhirnya Hiino ingin tahu batu nisan siapa yg ada di depan Ayuri. Tapi Hiino sulit melihatnya, karena kacamata hitamnya yang mengganggu penglihatannya.

"....kuburan siapa sih...?" tanya Hiino pada Ayuri. Ia tahu sebenarnya ini kurang sopan.

Quote :

"...Apa lihat-lihat?" ujarnya pada akhirnya.

"...tidak..." jawab Ayuri dingin dan tidak menatap kepada lawan bicaranya.

Quote :

"....kuburan siapa sih...?" tanya Hiino pada Ayuri. Ia tahu sebenarnya ini kurang sopan.

"...seseorang..." jawabnya singkat. Ukiran di batu nisan itu memang tertera sebuah nama namun tidak jelas juga sebab tulisannya telah tergores ke mana2.

"....."

Hiino memejamkan matanya sebentar dan membetulkan kacamatanya agar Alice miliknya tidak aktif. Kemudian jongkok di depan batu nisan itu dan membuka matanya. Hiino meraba tulisan yang ada di sana, tapi tetap saja tidak terlihat.

"...." Hiino diam karena tidak tahu siapa orang yang berbaring di sini. Iya tahu ini tidak sopan.

"ada saja yah... kuburan di akademi" ucap pemuda itu

Kuri juga memutuskan untuk tidak menghiraukan Ayuri dan kembali memperhatikan Mako dari kejauhan.

"...Gadis kecil itu masih mengikuti gadis dingin itu ya," batinnya. Sepintas Kuri melancarkan tatapan dingin ke arah Ayuri yang mengandung kesan cemburu. Tapi ia segera memutar bola matanya menjauhi dari mata Ayuri. Ia malas bertemu pandang.

Sementara itu Kuri lalu memutuskan untuk bermain-main sebentar.

Ia menyentuh sebuah nisan yang ada di dekatnya, tersenyum tipis, lalu beralih pada nisan selanjutnya. Begitu seterusnya hingga hanya satu nisan yang belum ia sentuh; nisan yang ada di dekat Ayuri dan Hiino.

Tiba-tiba dari nisan-nisan yang telah ia sentuh, tercium wangi manis yang menyegarkan.

Quote :

"ada saja yah... kuburan di akademi" ucap pemuda itu

"Menurutku tidak ada salahnya bukan jika ada kuburan di akademi," ujar Kuri tiba-tiba dengan tampang lempengnya. "Malah menyenangkan."

Quote :

"Menurutku tidak ada salahnya bukan jika ada
kuburan di akademi," ujar Kuri tiba-tiba dengan tampang lempengnya.
"Malah menyenangkan."

Hiino memandang Kuripura dengan tampang kaget (dalam arti bingung), kemudian diam saja. Pemuda itu masih saja meraba-raba batu nisan yang ada di depan Ayuri.

"eh...maksudmu...?" tanya Hiino kebingungan

"..." Ayuri berdiam diri. Entah apa karena dia mendengar akan perkataan kedua lelaki tersebut atau hanya malas untuk membuka mulut.

"Menyenangkan bisa mengenang masa-masa indah dan pahit yang pernah kita jalani dengan orang-orang yang telah menjadi bagian hidup kita," ujar Kuri. Ia lalu menyentuh nisan yang menjadi topik pembicaraan Hiino dan Ayuri.

Nisan itupun ikut berbau menyenangkan.

"Menyenangkan tahu kalau orang itu tak akan pernah dilupakan."

Quote :

"Menyenangkan bisa mengenang masa-masa indah dan
pahit yang pernah kita jalani dengan orang-orang yang telah menjadi
bagian hidup kita,"

Quote :

"Menyenangkan tahu kalau orang itu tak akan pernah dilupakan."

Kata-kata barusan benar-benar mengenai hati Hiino yang terdalam. Remaja itu berdiri dan duduk di atas batu nisan yang lainnya dengan santai.

"betul juga...hehehe" ucap Hiino santai. Mencium bau bau permen atau manisan membuat nalurinya muncul, namun Hiino hanya diam saja.

Kuri tersenyum manis kepada Hiino.

"Aku senang ada yang sependapat," ujarnya jujur. "Menurutku kuburan bukanlah tempat yang seharusnya identik dengan kesedihan. Kuburan bukanlah tempat yang seharusnya identik dengan kegelapan."

"Menurutku orang-orang yang telah terbaring di tempat ini tidak pantas beristirahat di tempat yang suram. Mereka layak beristirahat di tempat yang menyenangkan. Karena itulah kuburan itu menyenangkan."

"...mungkin...tetapi..." ujar Ayuri tiba2.

"...orang ini...aku tahu dia masih ada di sini..." lanjutnya yang terus menggenggam kedua benda tersebut.