7-24 Market

Chiaki memasuki sebuat Market. Sesampainya di dalam, dia segera berlari ke arah rak-rak yang berisi cokelat.

"Fuuuh... Untung cokelatnya sedang tidak kosong..."

" hmm.. kira2 kak Chiaki sudah sampai belum ya... " ucap Moyo

" ah.. kak Chiaki... " ucapnya pada sesosok perempuan yg ia kenal

" sudah dapat coklatnya ?" tanya Moyo

" emm.. aku mau cari Pocky dulu... " ucapnya sambil meninggalkan chiaki

" uh.. kak.. aku pergi dulu ya.. ciao.. "

-out-

"... Coklat, permen, manisan."

Shu menggelengkan kepalanya.

"Wah, mereka benar benar punya seleksi yang bagus, bayangkan kalori yang mereka jual dalam coklat coklat gula seperti ini. Aku tidak akan heran jika semua siswi disini terkena obesitas tingkat 1."

Dengan cepat Shu meninggalkan bagian itu, sambil bergumam, "Coklat disini memang aneh, tapi, adakah coklat zero sugar? ya, sayang sekali disini tidak ada yang punya alice memasak untuk orang diabetes."

Hanya dalam waktu singkat, Shu sampai di bagian yang ia cari.

"... Sempurna...! Hiasan dan apliansi kamar...!.... whooooa...!!! Grand Piano...?!"


10000 Rabbit.

"... eh?"

Dia langsung mencari keningnya.

"Kira kira berapa bulan untuk membeli benda ini...?"

Dengan tawa sinis, Shu meninggalkan toko itu.

(OUT)

"ng..." Luna yang baru pindah ke AS masih bingung tentang tempat-tempat di Central Town. Dia memilih memasuki sebuah market, berharap menemukan benda yang dicarinya.
Tapi yang banyak dilihatnya adalah makanan kecil, coklat, permen... Dan beberapa orang anak di dekat rak itu.

"tidak.. jangan membeli yang ga perlu.. ga punya uang.." katanya dalam hati, dengan berat menjauh dari rak yang berbau harum coklat itu.

"tapi, benda yang kuperlukan di mana yah..."

Chiaki melambaikan tangan pada Tomoyo. Dia juga melihat beberapa orang keluar masuk ke dalam market. Pandangannya tertuju pada seorang kakak kelas yang kebetulan berada tidak jauh di dekatnya.

"Permisi..." sapa Chiaki pada Luna.

"Ah.." Luna melihat anak yang dikenalinya sebagai adik kelasnya.

"Halo.." katanya pada anak itu.

"membeli coklat,ya??" tanyanya, mata Luna sekilas memandang benda yang digenggam anak itu. Lalu cepat-cepat memalingkan pandangannya ke wajah anak itu.

"jangan, Luna!! jangan beli yang tidak kau perlukaaaan! kau tidak seperti dulu lagi!" teriaknya dalam hati, mencoba mengingatkan dirinya.

"ah.. aku mau mencari lampu.. aha ha" katanya agak maksa

Chiaki memandangi sikap Luna yang terlihat aneh.

"Ada apa? Apa ada sesuatu yang aneh pada diriku?"

"Ga koq.." Jawab Luna sok santai, berusaha terlihat berwibawa di depan anak yang lebih muda darinya...

Luna melangkah menjauh dari anak itu, tapi..
"kruyuuuk...." perutnya berbunyi

"!!!" langkah Luna terhenti, dia tak bisa lagi menutupi bahwa dia sangat lapar... apalagi karena bau coklat yang harum.

"aku ingin hilang ditelan bumi!!!" teriaknya dalam hati.

"aha.. ha.. maaf..." Luna salting berat dan membungkuk dalam-dalam.

Chiaki tersenyum kecil melihat kelakuan Luna. "Tidak apa-apa kok...^^"

Dia menyerahkan sebatang cokelat pada Luna.

"Kakak mau? Kalau mau, aku berikan satu untuk kakak."

"Hey..."

Shu melihat dua orang sedang berbincang di minimart.

"Oh, ya mungkin mereka tahu dimana tempat camilan berasa asin."

Dia menghampiri kedua siswi tersebut.

"Permisi, ada yang tahu tempat camilan asin, keripik, misalnya?"

Chiaki tersenyum ke arah seorang laki-laki yang datang menghampirinya dan Luna.

"Camilan asin? Hm... Sepertinya di sana." jawab Chiaki sambil menunjuk ke arah sudut ruangan. "Tapi, aku juga kurang yakin. Maaf ya..."

Luna mendongak, melirik coklat itu. Cukup lama sebelum akhirnya dia menghela napas dan menerima coklat itu.

"terima... kasih... banyak..." masih sulit baginya untuk membiasakan hidup dengan uang dan segala sesuatu yang serba terbatas di AS. Mukanya bersemu merah.

(OOT= masuk dalam list fren...)

Luna melihat seorang anak laki-laki yang kira-kira seumuran dengannya, mengangguk padanya.
Chiaki menunjuk arah yang di tanya oleh anak itu. Luna hanya memandangnya.
"aku belum pernah melihatnya.."

Shu menoleh ke rak yang ditunjukkan oleh siswi itu.
".... tidak ada Lays...? Mereka bahkan tidak punya keripik kentang!"

Dia kembali menoleh ke siswi itu.

"De, kakak benar benar mohon maaf, tapi bolehkah kakak pinjam beberapa rabbit? Kakak sebenarnya belum menerima uang karena belum mendapat bintang kelas dan baru sampai kesini. Kakak janji kakak akan segera bayar setelah kakak dapat kelompok, ade kelas 8 kan? Cukup datang ke kamar kakak jika mau tagih, ada di lantai dua, kamar 224. Ketuk saja pintunya.... silahkan jika ade mau pasang bunga... tapi tolong jangan diatas 100% ya, heuheu..."

Shu menoleh ke arah siswi lain.

"Baru disini yak? Aku tidak melihat tanda bintang di kerahmu.... Hah. Warna pakaianmu jingga? Sungguh kebetulan kita sekelas...."

"..." Luna masih bengong melihat cowok yang baru datang, pergi, datang lagi, meminjam uang pada chiaki, lalu cowok itu mengajaknya bicara.

"Ah, benar, saya orang baru.. saya Lunamaria, salam kenal.." Luna mengangguk pada cowok itu.

OOT : Luna-san dan Shu-san^^ Kalau mau melakukan suatu hal, post 1 saja^^ Kalau salah, post yang pertama diedit aja^^ Jangan jadi double post, okay?^^

IT :

Lunamaria wrote:

"terima... kasih... banyak..." masih sulit baginya untuk membiasakan hidup dengan uang dan segala sesuatu yang serba terbatas di AS. Mukanya bersemu merah.

"Tidak apa. Nanti aku yang bayar."

Mishuto Dzuragunfuerudo wrote:

"De, kakak benar benar mohon maaf, tapi bolehkah kakak pinjam beberapa rabbit? Kakak sebenarnya belum menerima uang karena belum mendapat bintang kelas dan baru sampai kesini. Kakak janji kakak akan segera bayar setelah kakak dapat kelompok, ade kelas 8 kan? Cukup datang ke kamar kakak jika mau tagih, ada di lantai dua, kamar 224. Ketuk saja pintunya.... silahkan jika ade mau pasang bunga... tapi tolong jangan diatas 100% ya, heuheu..."

"Hm..." Chiaki merogoh isi kantong bajunya dan mengeluarkan beberapa rabbit dari kantongnya. "10 R saja yah...^^ Aku juga baru dapat uang jajan sedikit."

OOT: Gomen, Chiaki. Sip, confirmed.

Shu menerima 2 koin bertuliskan "5 Rabbit" dari tangan siswi di depannya.
"Ahh.... domou. Ojou-san. Mishuto Dzuragunfuerudo desu, yoroshiku.... o namaewa?"


Lalu ia menoleh ke siswi lainnya.

"Souka....? Shu desu, douzo yoroshiku onegaishimasu."

Shu membungkuk pendek pada Lunamaria.

"Yamashita Chiaki desu. Salam kenal, kak Shu." ucap Chiaki.

"Kalau kakak? Nama kakak siapa?" tanya Chiaki pada Luna.

".... Sou...... Chiaki~chan desuka? Sore wa.....kirei namae desune..."

Shu untuk pertama kalinya, tersenyum pada seseorang di akademi, lalu meneruskan bicaranya.

"Kanojo wa, mae ni sore o ii mashita, chiaki-chan. Kono ojou-san wa Runamaria desu."

OOT : Ng? Bahasa Jepang?^^; Aku nggak bisa bahasa Jepang...^^;

IT :

"Kak Lunamaria yah...? Salam kenal."

"Oh ya! Kakak-kakak sekalian dari ability mana?" tanya Chiaki.

OOT: Yupp..... Nihongo desu.


"Laten" jawab Shu pada adik kelas ceria didepannya, "Kakak punya Alice untuk membuat musik instrumental. Syukur kakak punya skill piano dan violin, jadi Alice ini kakak anggap cukup perfect."

Shu lalu mengalihkan lensa matanya pada Chiaki.

"Ade sendiri?"

"Wah... Sepertinya Alice kakak sangat bagus... Kapan-kapan, aku boleh dengar yah..."

"Aku Somatic Ability. Aliceku Plant Controller. Tidak terlalu penting-penting dan berguna sih..." jawab Chiaki.

(OOT= Kata Shu, Chiaki adalah nama yang cantik.. benar?? yang terakhir aq ga ngerti...)

Lagi-lagi Luna bengong melihat cowok itu.
"aku tidak begitu paham apa yang diucapkannya.."

Luna jadi kasian melihat Chiaki harus keluar banyak uang untuknya dan cowok itu.

"ini, tidak jadi saja." kata Luna sambil menyodorkan coklat itu lagi secara paksa pada Chiaki, tapi matanya memandang tajam pada cowok itu.

"Aku bisa tahan rasa laparku. Mm, aku Laten..."

@ Lunamaria: Yup...... bawahnya: "dia udah nyebutin kok tadi, Chiaki, ini Lunamaria."

Shu menoleh pada Lunamaria.

"You know miss, sebaiknya pandangan jangan terlalu ditajamkan jika melihat orang. Jika orang itu membalas pandanganmu, itu berarti tantanganmu untuk bertengkar diterima. Tidak sepertimu yang sudah punya uang, uangku sama sekali 0, aku mengerti perasaanmu, tapi adakah yang salah dengan permintaan tolong?", kata Shu, masih penuh senyum.

Dia kembali berbicara pada Chiaki.

"Kalau Chiaki-chan izinkan. Kakak bisa mempraktekkannya sekarang. Tolong jika Chiaki-chan ingin, bilang saja, toh Chiaki-chan adik kelas yang baik. Ditambah lagi 10 Rabbit adalah jumlah yang cukup banyak, setara dengan sekali jajan bintang satu."

Shu mengambil secarik kertas di meja kasir.