Nothing to do

Kozuki Makoto wrote:

Makoto mengikuti Mukuro....
"Permisi..." katanya menepuk pundak Mukuro.
"Kamu murid baru? Namamu siapa?" tanya Makoto.
"ngumpul begini; kayaknya mau ada misi atau...aku benar-benar akan dikeluarkan?" pikir Makoto sambil menunduk.

"Kozuki...Makoto" Makoto masih tertunduk.
"kukira, dia Mukuro....sudahlah, aku cari sendiri" Makoto masih tertunduk.
Dia perlahan menangis lagi...
"Nggak....aku....yang...salah....ini...salahku....sejak
dulu...aku...memang sering...membunuh orang...tapi...yang
bunuh....bukan aku...tapi.....dia....tapi dia...tetap
saja....aku.....jadi...tetap salahku.....orang-orang
sedih....karenaku...." Makoto menangis sangat kencang. Dia bingung
harus berbuat apa.

"Datang juga kau, Makoto," ucapnya dengan nada yang datar. Bukan karena cupid alice yang pernah membuatnya suka dengan guru abnormal itu, tapi... ini masalah pembunuhan. Wajah Hiino lebih serius dari dulu.

Dan Makoto malah menangis. Hiino makin kesal saja.

"Ya iya lah, sekarang telat!! Sudah mati tuh semua!! Selama ini belum ada yang terbunuh karena murid sini, ini kasus pertama dimana ada Dangerous Special Student yang membunuh guru dan adik kelasnya sendiri," ucap Hiino dengan suara yang keras.

Sendirinya... Hiino sering menyiksa hewan di usianya yang ketujuh. Ia jadi merasa 'bodoh' karena Alicenya sendiri adalah alice yang menghidupkan orang lain ke liang kubur, tapi Hiino tidak berani menggunakannya. Hiino malah gemetaran sendiri, karena ini pembunuhan kedua dari orang yang sudah dikenalnya dekat.

setelah Neeve, sekarang Kazu, dan Kaname, dibunuh oleh bawahan sendiri, rasanya benar-benar memalukan!! batin Hiino yang sungguh kecewa.

"Yah jadi... kita keluar akademi.... untuk melakukan sebuah misi saja, sekaligus memberikan sedikit pelajaran untuk Makoto.

Kita, Dangerous Ability memang dikenal sebagai 'kelompok pembunuh' yang ada di kegelapan. Tapi kalau membunuh di muka umum, artinya nama Ability kita sudah ditendang.

Tapi... aku nggak mau Makoto-san dikeluarkan dari sekolah juga... makanya, aku kumpulkan kalian disini untuk..."

Quote :

"Yah jadi... kita keluar akademi.... untuk melakukan sebuah misi saja, sekaligus memberikan sedikit pelajaran untuk Makoto.

Kita, Dangerous Ability memang dikenal sebagai 'kelompok pembunuh' yang ada di kegelapan. Tapi kalau membunuh di muka umum, artinya nama Ability kita sudah ditendang.

Tapi... aku nggak mau Makoto-san dikeluarkan dari sekolah juga... makanya, aku kumpulkan kalian disini untuk..."

"Hooo..."

Mukuro berpura-pura polos, seolah dia tidak mengerti apa-apa sebagai seorang anak baru...tapi matanya menajam, menunjukkan kebencian yang cukup terlihat.

"Rupanya...gadis ini yang membunuh Kazu?"

Mukuro terlihat bertanya santai, namun hanya dialah yang memanggil Kazu dengan nama kecilnya tanpa embel-embel Sensei... Akankah ada yang menyadari itu? Tapi tidak...tidak...

"Untuk apa...err..."

Mukuro terdiam sejenak karena dia memang belum tahu nama pemuda di depannya ini.

"Tapi...aku..." Makoto tertunduk.
"aku memang salah ya? Sebaiknya...Aku dikeluarkan saja" kata Makoto sedih.
"Sudahlah...Aku memang bodoh....tidak bisa mengontrol diriku sendiri...saat sisi lainku muncul" kata Makoto tertunduk.
"..memang...salahku"

Quote :

"Tapi...aku..." Makoto tertunduk.
"aku memang salah ya? Sebaiknya...Aku dikeluarkan saja" kata Makoto sedih.
"Sudahlah...Aku memang bodoh....tidak bisa mengontrol diriku sendiri...saat sisi lainku muncul" kata Makoto tertunduk.
"..memang...salahku"

"Hmm... Mungkin memang bukan benar-benar salahmu juga sih..."

Mukuro mengeluarkan tridentnya dan menyentuhkannya ke pundak Makoto, lalu menyimpannya lagi ke dalam tas. Sambil tersenyum, dia menatap Makoto dengan mata kanannya, namun tidak mengaktifkan Alicenya. Hanya semata-mata memenuhi syarat untuk aktif saja.

"Kufufufu..." dia tertawa sekali lagi.

"Ah ya, kau anak baru ya," tanya Hiino pda lelaki yang belum diketahuinya. Hiino memang sudah menulis nama Rokudou Mukuro di absensi, tapi dia belum melihat wajahnya langsung.

"untuk... menyelesaikan misi saja," ucapnya sambil memperlihatkan sebuah surat

Quote :

SOS fRom ToKYo ZOo

"kebun binatang di tokyo rusak, jadi semuanya lepas. sialnya, aku yang menrima surat SOS ini, makanya kita yang tugas. tugas yang aneh, ya..." ucapnya datar

"Makoto, siap menebus dosa?" tanya Hiino sambil menatap Makoto dengan wajah yang bisa dibilang... tajam.

"Oh ya, masalahnya, anak-anak ability lain nggak boleh tahu kita pergi. Nggak ada Dangerous yang pengen jaga-jaga?" tanya-nya



OOT : ntar kita ke kebun binatang, jangan norak ya buat yg g pernah ke kebun binatang *dilempar... wewh, nggak elit banget ^^;

Quote :

"Ah ya, kau anak baru ya," tanya Hiino pda lelaki yang belum diketahuinya. Hiino memang sudah menulis nama Rokudou Mukuro di absensi, tapi dia belum melihat wajahnya langsung.

"Yes," jawab Mukuro, tapi dia menempelkan telunjuknya ke bibir seolah menyuruh Hiino untuk tidak membeberkan nama aslinya.

Quote :

"kebun binatang di tokyo rusak, jadi semuanya lepas. sialnya, aku yang menrima surat SOS ini, makanya kita yang tugas. tugas yang aneh, ya..." ucapnya datar

"Jrot, kebon binatang... Gak ada yang elitan dikit apa?" tanya Mukuro sambil sweatdropped. Dasar sekolah ngaco...

Quote :

"Oh ya, masalahnya, anak-anak ability lain nggak boleh tahu kita pergi. Nggak ada Dangerous yang pengen jaga-jaga?" tanya-nya

"Hnn... Saya ikut saja deh... Siapa tahu ada yang berguna..." kata Mukuro sambil tersenyum licik lagi. Entah apa yang ada di pikirannya. "Kufufufu... Omoshiro soo..."

Quote :

"Yah jadi... kita keluar akademi.... untuk melakukan sebuah misi saja, sekaligus memberikan sedikit pelajaran untuk Makoto.

Kita,
Dangerous Ability memang dikenal sebagai 'kelompok pembunuh' yang ada
di kegelapan. Tapi kalau membunuh di muka umum, artinya nama Ability
kita sudah ditendang.

Tapi... aku nggak mau Makoto-san dikeluarkan dari sekolah juga... makanya, aku kumpulkan kalian disini untuk..."

'Kelompok.. pembunuh?' Augusta terdiam. Dia tidak tahu apa-apa tentang kelompok pembunuh, ia tahu memang dari namanya 'Dangerous=berbahaya'. Meh, jangan remehkan bahasa Inggris-nya, justru remehkan bahasa Jepang-nya yang tidak lancar.

"Wanijima-kun... apa benar kita harus membu..." tanyanya bodoh. Tentu ia akan diketawai seluruh anggota akademi kalau mereka mendengar perkataannya. Tapi sudah cukup, ia sudah melihat kematian dan darah..

Ia pun memutuskan untuk tidak melajutkan pertanyaannya, "Ah sudahlah."

Jika ini memang satu-satunya manfaat dari alice nya, lebih baik daripada tidak ada kan?

'Dad... ternyata ia benar. Aku memang tidak berguna...'

Quote :

Wanijima-kun... apa benar kita harus membu..."

"Akan bertanya kalau kita harus membunuh ya...?" kata Mukuro sambil tersenyum.

Lalu dia pun tertawa dingin, tawa seperti hewan yang haus darah.

"Kufufufu... Membunuh itu...menyenangkan... Sayang kita hanya sekadar ke kebun binatang... Kufufufu..."

Quote :

"Kufufufu... Membunuh itu...menyenangkan... Sayang kita hanya sekadar ke kebun binatang... Kufufufu..."

Menyenangkan? Orang gila!

Gus menarik kerah Mukuro dengan tangan kirinya yang sehat. Ia lupa kalau tangannya itu tidak terlindungi apa-apa.

"Heh! Apa yang kamu tahu tentang kematian hah? Kamu pikir melihat darah di mana-mana itu menyenangkan?" Augusta menatapnya tajam.

Quote :

"Heh! Apa yang kamu tahu tentang kematian hah? Kamu pikir melihat darah di mana-mana itu menyenangkan?" Augusta menatapnya tajam.

"Kematian hanyalah pintu untuk pergi ke jalan berikutnya..." kata Mukuro sambil menepis lengan Augusta dari kerahnya. Dia pun tersenyum dingin lagi. "Ya...itu hanyalah sebuah pemindahan dirimu dari Path of Human ini menuju Path berikutnya... Tidak ada yang istimewa... Tapi darah..."

Mukuro tersenyum sadis.

"Aku menikmatinya...lagipula, tokh itu darah orang lain..."

Dan, tangan Mukuro melihat tangannya terluka karena memegang Augusta. Pemuda itu pun menjilat darahnya dengan tenang.

"Bukankah kau sendiri menikmatinya...? Darah orang lain..."

Wanijima Hiino wrote:

"Ah ya, kau anak baru ya," tanya Hiino pda lelaki yang belum diketahuinya. Hiino memang sudah menulis nama Rokudou Mukuro di absensi, tapi dia belum melihat wajahnya langsung.

"untuk... menyelesaikan misi saja," ucapnya sambil memperlihatkan sebuah surat

Quote :

SOS fRom ToKYo ZOo

"kebun binatang di tokyo rusak, jadi semuanya lepas. sialnya, aku yang menrima surat SOS ini, makanya kita yang tugas. tugas yang aneh, ya..." ucapnya datar

"Makoto, siap menebus dosa?" tanya Hiino sambil menatap Makoto dengan wajah yang bisa dibilang... tajam.

"Oh ya, masalahnya, anak-anak ability lain nggak boleh tahu kita pergi. Nggak ada Dangerous yang pengen jaga-jaga?" tanya-nya



OOT : ntar kita ke kebun binatang, jangan norak ya buat yg g pernah ke kebun binatang *dilempar... wewh, nggak elit banget ^^;

"Baiklah" Kata Makoto.
"aku..harus berhasil" pikirnya.

"Bukankah kau sendiri menikmatinya...? Darah orang lain..."

"Sialan..."

Ia... ia memang menyukainya. Darah... mungkin karena kecenderungannya melukai diri sendiri. Tapi ia tidak suka darah orang lain.

"..itu darahku, bukan darah orang lain."

Gyut!

Tiba-tiba Hiino sudah dipeluk orang dari belakang.

Sosok makhluk berambut putih itu berekspresi seperti kucing.

"Nya ada anak imuut...~" Ujarnya.

"Misi ke kebun binatang? Akademi ini lucu yah, menerima misi segala." Ujarnya yang masih memeluk Hiino dari belakang.

Anak baru Dangerous Ability, datang untuk merusuh

Quote :

"..itu darahku, bukan darah orang lain."

"Masokistis?" gumam Mukuro tertarik. Dia pun tersenyum sadis. "Apapun yang kau katakan...tokh itu tidak mengubah fakta kalau kau suka darah."

Mukuro pun mengulurkan tangannya yang kini berlumuran darah.

"Iya kan?"

Tapi, tangan kirinya mengeluarkan tridentnya dari dalam tas, yang mungkin terlihat seperti pisau kecil.

Quote :

"Masokistis?" gumam Mukuro tertarik. Dia pun
tersenyum sadis. "Apapun yang kau katakan...tokh itu tidak mengubah
fakta kalau kau suka darah."

Augusta tidak bisa menyangkal hal tersebut, ia memang masokis. Sebenarnya ini ia lakukan untuk 'menebus' kesalahannya.

Quote :

Mukuro pun mengulurkan tangannya yang kini berlumuran darah.

Gus melihat tangan Mukuro, antara kasihan dan jijik...tetapi ia menginginkannya. Darah... Sialan...

"...." ia tidak dapat menjawab apa-apa, ia tidak dapat menyangkalnya...

Laiko yang puas memeluk Hiino langsung mengarahkan mata kirinya ke Mukuro.

Entah kenapa ia merasa tempat ini surga. Lirik kanan kiri cewek cantik, liat kanan kiri cowok ganteng.

Langsung saja ia melepas Hiino dan memeluk Mukuro yang dianggapnya paling tampan.

"Hwaa~ Ada pangeran tampan di sini~" Ujarnya, lalu melihat tangan Mukuro yang berdarah.

"Well, pria tampan tidak pernah cocok dengan darah~" Lanjutnya yang menjilat darah di tangan Mukuro, sambil tersenyum [yang kayaknya cukup menyeramkan]

Quote :

"...." ia tidak dapat menjawab apa-apa, ia tidak dapat menyangkalnya...

"Kuhahahahaha... Kau jadi serius begitu..."

Mukuro tertawa dingin dan mendekati Augusta, lalu berbisik pelan di telinga pemuda itu, nafasnya menggelitik leher Augusta.

"Kau lumayan menarik, Augusta-kun..."

Mukuro pun menjilat bibirnya dengan cara yang mirip Kazu.

Quote :

Langsung saja ia melepas Hiino dan memeluk Mukuro yang dianggapnya paling tampan.

Dipeluk Laiko, Mukuro cuma diam saja sambil tersenyum.

Quote :

"Well, pria tampan tidak pernah cocok dengan darah~" Lanjutnya yang menjilat darah di tangan Mukuro, sambil tersenyum [yang kayaknya cukup menyeramkan]

"Oya, oya?" gumam Mukuro dengan nada terhibur, dan wajah yang cukup jahil.

Quote :

"Kuhahahahaha... Kau jadi serius begitu..."

Mukuro tertawa dingin dan mendekati Augusta, lalu berbisik pelan di telinga pemuda itu, nafasnya menggelitik leher Augusta.

"Kau lumayan menarik, Augusta-kun..."

Augusta terdiam, ah... dia jadi serius. Dasar naif.. bego! Uhh... Augusta menutup matanya dengan tangannya, mukanya memerah. Cuma karena diganggu sedikit... uhhh.

Tubuhnya yang dari awal masih lemah karena baru keluar dari RS tambah lemas gara2 malu. Ia pun terjatuh ke tanah, dan duduk di tanah... menunduk ke bawah, dengan ekspresi malu ^^;;;

Quote :

Ia pun terjatuh ke tanah, dan duduk di tanah... menunduk ke bawah, dengan ekspresi malu

"Kufufufufu..."

Mukuro cuma tertawa dingin, tapi dia akhirnya ikut duduk di sebelah Augusta. Dia pun tersenyum dingin, tapi kata-kata keluar dari mulutnya.

"Kau...sudah cukup kenal Kazu?"

"Iya," jawab Laiko, menanggapi Mukuro yang hanya tersenyum, Laiko mengecup pipi pria yang tingginya kurang lebih sama.

Lalu ia melihat Augusta yang terduduk, dan melepaskan pelukannya dari Mukuro, lalu berusaha melihat wajah Augusta.

Namun karena Augus menunduk Laiko harus mengakat dagunya.

"Wa-- Wadaw!!" Laiko langsung menarik tangannya, jarinya berdarah.

"Huhuhu, bunga mawar...? Cantik tapi berbahaya?" Tanyanya ke Augusta sambil menghisap darah yang keluar dari jarinya.

Quote :

Mukuro cuma tertawa dingin, tapi dia akhirnya
ikut duduk di sebelah Augusta. Dia pun tersenyum dingin, tapi kata-kata
keluar dari mulutnya.

"Kau...sudah cukup kenal Kazu?"

Gus menjawabnya dengan jujur, "Ngga juga sih... well, aku bertemu dia sekali dua kali... yah sama pas di Sport Fest... Padahal terakhir kali aku lihat ia masih ada di sebelahku, waktu aku pingsan di rumah sakit..."

Ia terdiam, baginya masih tidak akal gurunya itu meninggal. Yah.. dia bahkan tidak tahu apa-apa, bahkan berapa lama ia di RS pun ia tdk tahu.

"Aneh, padahal aku baru bangun setelah tidur beberapa jam, dia sudah tidak ada." katanya sambil masih tertunduk.

"Wa-- Wadaw!!" Laiko langsung menarik tangannya, jarinya berdarah.

"Huhuhu, bunga mawar...? Cantik tapi berbahaya?" Tanyanya ke Augusta sambil menghisap darah yang keluar dari jarinya.

Augusta swt, dengan muka cengo.

Ia menunjuk dirinya sendiri, "Hah? Hah? Maksudmu siapa...? AKu?"

Quote :

Ia menunjuk dirinya sendiri, "Hah? Hah? Maksudmu siapa...? AKu?"

Laiko mengangguk, "Siapa lagi memangnya?"

Ia lalu hendak menyentuh wajah Augusta, tapi tidak jadi, seperti diberi jarak.

"Uhuhu TT___TT Aku mau menyentuhnyaaa, tapi aku tidak mau tubuhku rusaaak," ujarnya dengan ekspresi sedih.

Quote :

"Uhuhu TT___TT Aku mau menyentuhnyaaa, tapi aku tidak mau tubuhku rusaaak," ujarnya dengan ekspresi sedih.

"Ahaha..." Augusta tersenyum, "...gapapa kok. Nih bentar..."

Gus mengeluarkan limiter ekstra dari kantungnya, berupa anting, dan mengenakannya di telinganya. Tsk, rasanya seperti ada yang menyengatnya... Yah, limiter-limiter itu memang memberi efek samping...

Augusta menahan rasa sakitnya, lalu tersenyum dan berkata pada Laiko, "..nih udah gapapa. Ga bakal terasa sakit kok."

Quote :

"Iya," jawab Laiko, menanggapi Mukuro yang hanya tersenyum, Laiko mengecup pipi pria yang tingginya kurang lebih sama.

"Oya?" Mukuro hanya tersenyum begitu dicium Laiko. Entah apa yang ada di pikirannya... Dan dia tidak jadi shock seperti kalau cowok biasa dicium cowok.

Quote :

"Ngga juga sih... well, aku bertemu dia sekali dua kali... yah sama pas di Sport Fest... Padahal terakhir kali aku lihat ia masih ada di sebelahku, waktu aku pingsan di rumah sakit..."

"Hmm... Begitu..."

Mukuro pun menutup matanya sejenak, lalu berbaring di rerumputan/

"Orang itu...bonekaku yang paling bagus..."

Quote :

"Hmm... Begitu..."

Mukuro pun menutup matanya sejenak, lalu berbaring di rerumputan/

"Orang itu...bonekaku yang paling bagus..."

"Ah?" Gus menoleh ke arah Muku dengan muka swt, ketakutan, dan bingung, "Boneka...? Paling bagus? Hah?"

Ajib, gua nemu orgil lagi di sekolah ini....