Just Resting...

OOT: nganggur? ayo ke sini!

Setelah kabur dari tukang takoyaki yang mengejarnya, Mukuro membaringkan badannya di rerumputan. Tepat di dekatnya, mengalir sungai jernih yang suaranya menyejukkan hati. Aah... Memang menyenangkan tempat ini.

Tidak heran, kalau dia lama-kelamaan jadi ingin tertidur.

Tapi dia membuka matanya, tetap melek sekalipun berbaring.

Augusta berjalan dari restoran takoyaki dengan kepala berdarah dan memar, huuf, ia harus cepat2 ke kamarnya. Ia berjalan melewati toko-toko, jalanan hari itu sangat ramai dan sepertinya ia salah mengambil jalan... duh sial.

Ia melihat pemandangan di depannya, heh? Woods? Bagaimana bisa? Berarti dia nyasar dong...

Melihat Augusta yang datang, Mukuro pun tertawa ringan lalu melambaikan tangannya tetapi tidak bangkit dari posisi tidurannya.

"Halo, Augusta-kun."

"Oh, Kyouya," gus memandang Mukuro dengan pandangan kosong. Kepalanya terasa pusing sekarang, sepertinya darah makin mengucur dari kepalanya.

Ia berjalan ke dekat mukuro lalu duduk di sebelahnya, diam

Mukuro menatap Augusta yang bersimbah darah. Sambil menghela nafas, pemuda ini bangkit ke posisi duduk lalu menatap AUgusta.

"BErdarah? KOk nggak ke Hospital?" tanya Mukuro.

"Ah.." ia memegang kepalanya dengan sapu tangan, mencoba membersihkan darah yang mengucur di kepalanya

"ga apa-apa kok..." ia menarik nafas, berat. "kyoya ngapain ke sini?"

Quote :

"ga apa-apa kok..." ia menarik nafas, berat. "kyoya ngapain ke sini?"

"Kurasa nggak, kau jelas-jelas apa-apa."

MUkuro pun menghampiri AUgusta dan menggendongnya seperti waktu di Central Town.

"Dan mungkin...memang kau harus dibawa ke Hospital. Mungkin juga karena itu aku ada di sini."

"He-hei! Ga usah repot2... turunkan..." Gus mendorong Mukuro dan terjatuh, sialan.

Ia melihat darah mengalir dari luka di tangan Mukuro, "tuh kan tanganmu berdarah." Ia mengambil sapu tangannya, melipatnya agar bagian yang kotor tertutupu, lalu membersihkan luka di tangan Mukuro

Quote :

"He-hei! Ga usah repot2... turunkan..." Gus mendorong Mukuro dan terjatuh, sialan. Ia melihat darah mengalir dari luka di tangan Mukuro, "tuh kan tanganmu berdarah." Ia mengambil sapu tangannya, melipatnya agar bagian yang kotor tertutupu, lalu membersihkan luka di tangan Mukuro

Mukuro menghela nafas lalu menggendong Augusta lagi, kali ini melesat ke Hospital.

"Mau berdarah, terserahlah."

(OUT)

"A... sial," Gus hanya bisa pasrah saat Mukuro menggendongnya dan membawanya kabur dgn kecepatan tinggi.

(OUT)