[event] Final Resting place

Quote :

yak, karena ini event, gw bingung gimana cara nulis keadaannya. yg jelas, neeve lagi dikuburkan di daerah belakang akademi, dan... tentu aja ada kuburannya moyo ama ajur di sini. tempatnya rada terpencil dari woods yah.... jadi kayak kuburan di belakang sekolah di beberapa anime.. well...let's start

"........"



Hiino berdiri, di depan sebuah batu nisan dengan tulisan Neeve Mounsier. Meninggal di usia yang muda, apalagi, lelaki itu adalah orang yg dianggap sahabat oleh Hiino. Sampai-sampai upacara pemakamannya memang lebih di spesial kan (OOT : huek! -ditinju-)


Setelah Azure, sekarang dia.... batin Hiino menundukkan kepalanya. Kemudian ia melihat ke belakang, memastikan apakah anak-anak lain sudah datang atau belum

Mient menghampiri kuburan Neeve Mounsier itu.
Meski tidak mengenalnya, Mient datang untuk memberikan penghargaan terakhir pada teman sekelasnya itu.

Mient membawa karangan bunga, kemudian Mient menepuk pundak Hiino.
"Halo.." Ucapnya pelan.

"...mient?" sapa-nya balik. kemudian kembali melihat ke depan....

"maaf menyusahkan, sampai mengajak kalian semua kesini"

ucap remaja itu dengan suara kecil...

Chopin yang sedang berjalan di Woods, menuju pemakaman terlihat mengubrak-ngabrik tas selmpangnya itu. Sepertinya ia sedang mencari sesuatu di dalamnya.

"Hmm...mana ya? Setahu aku ada karangan bunga di dalam sini...mungkin...a-ah!" Ucap Chopin, yang kemudian karena kecerobohannya, ia terjatuh di jalan.

Saat ia terjatuh, ia mencoba kembali berdiri, dan saat ia berdiri ia menyadari bahwa di dekat situ ada kumpulan bunga indah yang disinari sinar Matahari. Chopin pun mendekati kumpulan bunga itu dan memetiknya, menjadikannya sebuah rangkaian bunga.

"Wah, bunga-bunga indah...untunglah, malu nanti kalau aku tak membawa bunga!" Ucap Chopin kepada dirinya sedniri tersenyum.

Tak lama ia sampai juga di pemakaman. Disitu ia melihat dua orang di dekat kuburan yang dimaksud, dan ia mendekati kedua orang tersebut.

"Ah! Hiino? Mient?" Ucap Chopin dari belakang mereka.

Quote :

"maaf menyusahkan, sampai mengajak kalian semua kesini"

"tidak.. tidak apa-apa.." Ucap Mient pelan,
Neeve Mounsier ini.. teman baik Wanijima-san? Ia tampak begitu sedih Batin Mient yang kemudian menaruh bunga tersebut di atas kuburan Neeve.

Quote :

"Ah! Nao? Mient?" Ucap Chopin dari belakang mereka.

"Yo! Chop." Ucap Mient yang masih dengan suara sedikit pelan.
"Chopin, kau kenal dengan Neeve Mounsier?" Tanya Mient pada Chopin.

Quote :

"Yo! Chop." Ucap Mient yang masih dengan suara sedikit pelan.
"Chopin, kau kenal dengan Neeve Mounsier?" Tanya Mient pada Chopin.

"Hai Mient, hai Hiino! Jadi, kalian juga datang ya..." Ucap Chopin tersenyum, melihat kuburan murid yang baru saja meninggal itu, seperti yang tertera di undangan yang ia dapat.

Chopin kemudian mendengarkan pertanyaan Mient.

"Hmm? Oh, sebenarnya aku datang atas undangan yang aku dapat...Neeve Mounsier ya...?" Ucap Chopin, yang pandangannya kembali ke arah kuburan murid tersebut.

Chiaki datang ke kuburan Neeve. Di tangannya, terlihat dia membawa sebuket bunga. Kemudian, dia meletakkan buket bunga itu di atas kuburan Neeve.

"Beristirahatlah dengan tenang..."

Kemudian, pandangannya tertuju kepada sekumpulan murid yang sudah dia kenal itu.

"Hei." sapanya kepada mereka bertiga. "Rupanya, kalian juga datang..."

OOT : Chop, kamu manggil Nao ? ^^; itu kan saya, bukan charnya

IT

Quote :

"Ah! Nao? Mient?" Ucap Chopin dari belakang mereka.

Hiino hanya diam dan tetap tidak memalingkan pandangannya. Hanya melambaikan tangannya 90 derajat saja untuk menyapa Chopin.

Quote :

"Hei." sapanya kepada mereka bertiga. "Rupanya, kalian juga datang..."

"...kamu datang juga toh" ucapnya pelan.


"....tolong doakan yah" ucapnya pelan



OOT buat Kaze yg kayaknya baca topik ini : puas kan ?

OOT: Wkwkwk~ Lupa gua, ckckck...emang saya error ^^a Udah di-edit kok

---

Quote :

Hiino hanya diam dan tetap tidak memalingkan pandangannya. Hanya melambaikan tangannya 90 derajat saja untuk menyapa Chopin.

"Aku rasa...orang yang meninggal ini, pasti teman kesayangan Wanijima-san...Ini..." Pikir Chopin, ia berjalan mendekati kuburan Neeve dan meletakkan karangan bunga yang ia bawa diatas kuburan.

Quote :

"Hei." sapanya kepada mereka bertiga. "Rupanya, kalian juga datang..."

"Ah! Chiaki, ternyata kamu datang juga. Hahaha..." Ucap Chopin, ia melambaikan tangannya ke arah Chiaki tersenyum.

Quote :

"Hei." sapanya kepada mereka bertiga. "Rupanya, kalian juga datang..."

"Ah, Chiaki." Mient menyapa Chiaki.

Ia terdiam sebentar, kemudian mendoakan Neeve.
Beristirahatlah dengan tenang, semoga diterima di sisi Tuhan. Amin.. Ucap Mient dalam hati.

Quote :

"Hmm? Oh, sebenarnya aku datang atas undangan yang aku dapat...Neeve Mounsier ya...?"

"Ya.. Meninggal di rumah sakit.. Baru-baru ini.." Ucap Mient pada Chopin.

Chiaki tersenyum kecil kepada semua orang yang berada di situ. Dia menundukkan kepalanya dan berdoa untuk kepergian Neeve.

"Satu lagi, yang pergi meninggalkan akademi ini..." desahnya perlahan.

"Sudah berapa orang saja yang telah pergi. Padahal, umur mereka semua, masih terbilang sangat muda... Kadang, dunia memang tidak adil ya..."

Quote :

"Sudah berapa orang saja yang telah pergi.
Padahal, umur mereka semua, masih terbilang sangat muda... Kadang,
dunia memang tidak adil ya..."

"begitulah.. dunia ini memang tidak bisa ditebak." Ucapnya.
"dunia ini memang misterius, tapi.. itulah yang membuatnya indah." Mient tersenyum kecil pada Chiaki.

Ya.. semua adalah kehendakNya Batin Mient yang kemudian menengadah ke langit.

Raichito datang terlambat.

"sepertinya aku telat...", ucapnya pada diri sendiri.

Langsung saja raichito meletakkan karang bunga di atas kuburan neeve.

"semoga kau bahagia dan tenang di alam sana... Juga,, bisa bertemu dgn kedua orang tuamu..."

Misaki yang tadi terlihat seperti melihat sekilas surat ttg kematian sesorang, ternyata adalah kematian seseorang bernama Neeve Mounsier, orang yang prenah ia temui satu kali di woods, Misaki tertunduk sebentar, lalu ia menoleh ke Raichito yang terlihat sedih itu

' kasihan semua.. mereka merasa begitu kehilangan.... ' batin Misaki sambil memandang kuburan Neeve

' Ternyata.. bukan hanya aku orang yang pernah mengalaminya... ' batin Misaki lagi tanpa menoleh sedikitpun

Hiino hanya terdiam begitu Chiaki mengatakan, dunia kadang...tidak adil.

Entah mengapa lelaki itu menggeser eye patch-nya ke mata sebelah kanan. Hiino menghela nafasnya dan menggaruk kepala.

"Tapi, Neeve tersenyum setelah kematiannya. Mungkin dia sudah tenang.." ucapnya dengan suara yg kecil. Lalu ia jongkok sedikit, mendekati nisan Neeve

"Azure, Neeve dan Daidouji-san, semoga tenang disana ya... Dengan begitu, kami juga bisa tenang..." ujar remaja itu...

Menangis... ?


Oot buat kaze yg kyknya baca : puas kan ?

Kuri akhirnya sampai juga ke tempat bermainnya pemakaman.

Mukanya lurus dan lempeng. Tidak menunjukan ekspresi sama sekali. Sorot matanya halus. Ia tampak ramah tapi tidak ramah, mudah didekati tapi disaat yg sama seperti seseorang yang akan segera lenyap dari genggamanmu.

Di saat semua orang tampak sedang berkabung ataupun dingin, Kuri tampak hangat-hangat saja.

Mungkin karena ia tidak mengenal siapapun yang sedang dikubur itu--dan tidak ada juga yang benar-benar mengenal Kuri.



Ia menghampiri Hinao yang juga student agent.

"Hari yang cerah ya?" ujarnya dengan nada ramah, meskipun mulutnya tidak tersenyum.

Tampaknya kalau bisa tersenyum, dia akan melakukannya. Tapi niat itu ia redam karena simpatinya.

Hiino menyadari ada seseorang yg memanggilnya, dan ia melepas eye patch dan juga menyeka air matanya dengan lengan kanan.

"cerah. sebentar lagi musim panas. harus disambut dengan semangat yah..."

Remaja itu tetap di posisi jongkok , kmudian ia malah duduk di tanah. Seperti anak kecil, ia menangis walaupun tidak sampai merengek atau mengeluarkan suaranya...

"........"

Byakuran yang baru saja kembali dari Perjalanannya mencari kitab suci suatu tempat berjalan perlahan mendekati kerumunan murid yang berada di sekitar makam seseorang...makam seorang murid Dangerous,Neeve Monsieur.

Ia baru saja mendengar mengenai kematian anak ini dari kabar burung yang tersebar di sekitar Alice Academy beberapa waktu lalu..

Hmp....satu jiwa menghilang lagi dari Academy ini..... batin byakuran sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal..

Dengan tenang,Ia menyeruak diantara murid-murid yang berada di samping makam neeve lalu meletakkan sebuah karangan bunga....karangan bunga yang terdiri dari bunga mawar dan bunga melati...Set..kayak bendera indonesia.

"...Merah untuk Raven...."

Ia membungkuk untuk menaruh karangan bunga itu di samping makam Neeve lalu perlahan-lahan berdiri..

"..Putih untuk Neeve....."

OOT: hoshit kenapa ak nulis Hinao???!!! O_O" kepribadianku yg namanya Kira Lou telah mengambil alih tubuhku! *sybil mode: on*


Kuri melihat Hiino menangis. Mukanya tampak iba, meskipun sorot matanya tampak tidak ikut merasa sedih--malah justru terkesan senang.

Laki-laki pendek dan berpostur sedikit feminin itu lalu meneguk ludahnya.

"Hiino, jangan menangis," ujarnya dengan suara riang, tapi tetap dengan ekspresi lurus tanpa senyum. "Mereka tak pantas mendapatkan air mata penuh duka dan kau pun tak pantas untuk bersedih."

"Yang mereka layak dapatkan adalah air mata bahagia dan senyuman manis untuk mengiringi kepergian mereka," lanjut Kuri. "Suatu saat juga pasti akan bertemu lagi. Tidak apa-apa."

Kuri mengulurkan tangannya dan dengan takut-takut menyentuh pundak Hiino, lalu menepuk-nepuknya pelan.

Makoto yang udah membeli bunga (dengan bilang dibayarin Hiino), pergi ke pemakaman diikuti sang guru.
"Heeeem...Jadi ini makamnya..." Makoto pun menaruh buket bunga di makam Neeve.
"Ada dua makam lagi..." Makoto meletakkan 2 buket bunga lagi di makam Azure dan Tomoyo.
"Pergi ah~" Makoto menggendong Skittynya dan hendak beranjak pergi, tapi ditarik duluan sama si guru.
"Kozuki! Yang serius dong! Ikutan berdoa!" jitak sang guru.
"Aw! Iya, iya!" Makoto pun berdoa...
"semoga yang cowok, hidup bahagia dengan cewek-cewek cantik disurga....
yang cewek, dikelilingi bunga bunga indah dan cowok-cowok cakep disurga...." Makoto berdoanya ngaco.
"eh tunggu, gimana kalau si cowok homo dan si cewek yuri juga?" pikir Makoto.
"Ukh......Teserah deh! Yang penting bahagia di surgaa!" doa Makoto ngaco.
"ah! Ada kurikuri dan Hiino!" Makoto menyapa mereka berdua.

Hime tiba di tempat pemakaman. Sebuah pemakaman yang sama yang pernah dikunjunginya beberapa waktu yang lalu. Gadis itu meletakkan beberapa tangkai bunga anyelir putih di atas makam juniornya tersebut.

"Lagi..." batinnya sebelum berdoa untuk Neeve dan Raven. "Semoga kau bahagia disana." senyum Hime dipaksakan. "Padahal kita baru saja kenal, tapi memang nggak bisa ditebak ya, kapan manusia itu akan pergi dan bertemu lagi." gumamnya lirih dan pelan hampir tak terdengar.

Diliriknya beberapa orang yang pernah ia lihat tengah berada disana. "....Banyak yang mengunjungimu." senyum gadis berambut panjang itu.

Kuri melihat ke arah Makoto dan tak dapat menahan senyumnya lagi. Ia tampak sumringah sendiri di antara aura-aura kelabu.

"Hai, Mako-chan," sapanya kembali. "Teman Mako juga sudah meninggal?"

Tanpa menunggu jawaban Makoto, Kuri melanjutkan, "Aku tak mengenal satupun yang di makamkan disini."

...Itu..makam...Azure kah..batin Byakuran seraya melirik sebuah makam yang berada tidak jauh dari makam Neeve.

Ia menggarukkan kepalanya yang kayaknya nggak' terlalu gatal lalu berjalan perlahan menjauhi ke-3 makam itu..

"...Tapi...kayaknya nggak' mungkin deh.."gumamnya pelan begitu Ia memalingkan matanya sekali lagi pada Makam Azure...seseorang yang pernah dikenalnya dulu..

"...Student Agent Dangerous...Wanijima Hiino...teman dekat Neeve monsieur.. Ia menolehkan kepalanya pada Hiino...yang tampak jelas sedang menangis....

"..Hmp..."

Ia berjalan ke salha satu pohon untuk kemudian menyenderkan tubuhnya di batangnya yang kokoh...entah pohon apa...mungkin pohon kamboja...*lha*

"Nah," Hime beranjak dari makam Neeve dan mengunjungi makam Tomoyo dan Azure kemudian meletakkan sisa bunga yang dibawanya untuk kedua temannya tersebut.

"...Tugas sebagai ketua asrama..." gadis itu kembali menatap kosong kuburan juniornya, "nggak ada yang bantuin donk?" *ditendang*

Misaki kembali memandang kuburan Neeve , tapi entah kenapa, Ia terdiam kaku , sesaat kemudian ia tersungkur di tanah , ia terlihat shock

" Suasana seperti ini... " batin Misaki dengan pandangan yang tertuju ke kuburan Neeve

" ... Ayah... Ibu .... " entah kenapa , ia mulai meneteskan air mata

" ... sama.. seperti disaat dimana Ayah dan Ibu dikubur... " batin Misaki lagi, ia tertunduk lemas dan kaku , ia menangis .. namun .. mungkin tidak ada seorangpun yang mengetahui.. karena ia menangis dengan wajahnya yang terlihat kebawah sambil menunduk