Baca buku perpuzz

"Wah...Ujiannya?? Waduh, aku nyasar pula..." ujar Yuuki

"Wah, disana ada Chisa-chan lagi..."

Ia langsung menghampiri Chisa dan lagi-lagi mencari Ryuha supaya bisa ditabrakkin lagi, tapi gk jadi soalnya orangne gk ada

"Seperti ibuku..."gumam Azure sambil menghela nafas dan melanjutkan membaca bukunya.

"Yang membuangku saat umur 4 thn..."Batin sambil menatap dengan tatapan kosong kearah buku pelajaran yang dibacanya.

Ayuri yang berada disamping Azure kemudian memulai membuka mulutnya.

"...tidak ada yang sempurna di sini...menderita sudah menjadi hal yang wajar bagi manusia seperti kita..."

Nauka masuk ke dalam perpus dengan membawa secarik kertas yang ia colong pinjam dari ruang guru.

"Hihihi, kayaknya menarik nih. Mudah-mudahan ada informasi yang kucari," batinnya.

Ia lalu tanpa ragu melangkah ke tempat duduk di sebelah Chisa.

"Yo! Disini ada orang ga? Boleh duduk disini?"

Quote :

"...tidak ada yang sempurna di sini...menderita sudah menjadi hal yang wajar bagi manusia seperti kita..."

"Begitu ya..."Pandangan Azure yang kosong kali ini beralih dari buku pelajaran ke arah ayuri."Apakah ini yang disebut kutukan ....?"ujarnya kembali.

"...menurutmu?" tanya balik Ayuri kepada Azure sambil membaca buku.

"...apakah menurutmu menderita itu adalah kutukan?"

Quote :

"...apakah menurutmu menderita itu adalah kutukan?"

"Ya..."Pandangan Azure kembali mengalih ke buku pelajarannya."Kutukan yang sangat menyakitkan....dan yang sangat tidak kusukai adalah.."azure menghamburkan pandangannya ke arah jendela di dekatnya,terdiam sebentar.

"Kita tidak bisa berbuat apapun untuk menghalangi terhadap penderitaan tsb...semua terjadi begitu saja"

Quote :

"Yo! Disini ada orang ga? Boleh duduk disini?"

"Boleh....Eh?" Chisa agak kaget melihat muka Nau yg mirip Nae.
"Eanae-kun..." Chisa menggumam sendiri.
"E..eh! Maaf!"

Kaname datang ke perpustakaan, katanya kalau mau belajar di sini temaptnya, walaupun Kaname datang hanya untuk sekedar melihat-lihat saja.

Ia lalu melihat Chisa dan Nauka, lalu berjalan ke arah Chisa [bukan nauka]

"Emh... Chi-Chisa, kan?" Tanyanya, memastikan adik kelas yang berada di kelas special juga.

Quote :

"Boleh....Eh?" Chisa agak kaget melihat muka Nau yg mirip Nae.
"Eanae-kun..." Chisa menggumam sendiri.
"E..eh! Maaf!"

Nauka melirik sebentar ke arah Chisa, lalu nyengir lebar.

"Hehehe, dimaafin," ujarnya rese. "Ngomong-ngomong, kelas berapa kmu?"

Ia lalu menoleh ke Kaname.

"Hai Kaname!"

Quote :

"Ya..."Pandangan Azure kembali mengalih ke buku pelajarannya."Kutukan yang sangat menyakitkan....dan yang sangat tidak kusukai adalah.."azure menghamburkan pandangannya ke arah jendela di dekatnya,terdiam sebentar.

"Kita tidak bisa berbuat apapun untuk menghalangi terhadap penderitaan tsb...semua terjadi begitu saja"
"...penderitaan tidak akan pernah berakhir begitu saja...setiap langkah...beban akan selalu datang secara tiba2..."

"...sejak kita belum lahirpun...kita berdosa...dan itulah kenapa...kita diajarkan untuk mengetahui tujuan hidup kita...kenapa kita mendapat 'kutukan' ini..." ujar Ayuri.

Quote :

Nauka melirik sebentar ke arah Chisa, lalu nyengir lebar.

"Hehehe, dimaafin," ujarnya rese. "Ngomong-ngomong, kelas berapa kmu?"

"B Elementary" kata Chisa.
"Umm....Senpai namanya siapa?" kata Chisa.
"Aku..Nekomi Chisa, panggil saja Chisa..."

Quote :

"Emh... Chi-Chisa, kan?" Tanyanya, memastikan adik kelas yang berada di kelas special juga.

"Eh..Iya....Kakak...kalau tak salah Kaname kah?"

"Nauka," jawabnya singkat. "Aku tidak punya marga. Keluargaku memang tidak ada marganya. Aneh ya?"

Nauka cengengesan.

"Sedang belajar ya?"

Kaname mengangguk mendengar jawaban Chisa

"Iya, Kaname."

Lalu begitu mendengar Nauka menyapanya, Kaname hanya merespon, "Ah, hai juga."

Quote :

Lalu begitu mendengar Nauka menyapanya, Kaname hanya merespon, "Ah, hai juga."

"Ketemu lagi deh," tawa Nauka. "Narapidana imut kesini lagi ngapain?"

Quote :

"...penderitaan tidak akan pernah berakhir begitu saja...setiap langkah...beban akan selalu datang secara tiba2..."

"...sejak
kita belum lahirpun...kita berdosa...dan itulah kenapa...kita diajarkan
untuk mengetahui tujuan hidup kita...kenapa kita mendapat 'kutukan'
ini..." ujar Ayuri.

"Anda membuatnya terlihat sangat mudah..tapi..."Pandangan Azure berubah,pandangannya yang tadinya kosong berubah menjadi nanar dan penuh marah."Aku sudah bosan dengan semua ini...AKu ingin mengakhiri penderitaan ini....Aku ingin Kekuatan....kekuatan yang cukup untuk mengubah nasibku ini....!!"

Kekaleman Azure lenyap dalam sekejap ketika,dia melontarkan kata-kata tersebut dari mulutnya,matanya yang biasanya hanya menunjukkan kebosanan sekarang berubah menjadi mata seorang pembunuh,pandangan yang pernah dimilikinya bertahun-tahun lalu.

Sunyi sesaat,tiba-tiba Azure yang sadar akan teriakannya terdiam dan menoleh dengan pandangan matanya yang biasa -penuh kebosanan- kepada ayuri."Maaf..."gumamnya pelan."Sepertinya saya terlalu berlebihan..."

"Ah, aku memang mau iseng baca-baca di perpustakaan kok," ujar Kaname.

"Dan jangan panggil aku narapidana -3-" Lanjutnya, memasang wajah semi-ngambek ke Nauka, lalu duduk di sebelah Chisa.

Nauka tersenyum gemas ke arah Kaname.

Tiba-tiba suasana imut terusik oleh teriakan Azure.

Karena suasana perpustakaan yang sepi, teriakan Azure terdengar jelas sekali.

"Wets, kenapa bang?" gumam Nauka secara ga sadar.

"..." Kaname terdiam mendengar teriakan Azure.

Teriakan yang sering ia dengar, tidak aneh.

Untuk seseorang yang merasa mempunyai penderitaan besar, hanya 'merasa', tidak pernah merasa betapa beruntungnya mereka.

Kaname memilih untuk membiarkan, "Chisa, belajar untuk ujian?" Tanyanya.

Chisa kaget.
"Se..seram..."

Quote :

Kaname memilih untuk membiarkan, "Chisa, belajar untuk ujian?" Tanyanya.

"Ah! Iya!"

Quote :

"Wets, kenapa bang?" gumam Nauka secara ga sadar.

"Tidak....tidak ada apa-apa...khu..khu..khu..."Azure berbalik dan tersenyum,senyuman yang licik yang membuat siapapun terdiam ketika melihatnya.

Dengan Kekuatan...benar..dengan kekuatan...aku akan mengubah nasibku ini....Pikir Azure dalam hati,tetap dengan senyum licik tersungging diwajahnya.

Beberapa detik kemudian,Azure menoleh ke arah Kaname dan Nauka yang baru dia sadari berada di situ namun,bagaikan seorang pemain sandiwara,Azure tersenyum kepada mereka ber-2,sebuah senyum ringan."Ngg....Anak di ruang guru dan..."Azure menoleh ke Kaname."Seseorang yang pasrah..."gumamnya.

azureghost wrote:

"Anda membuatnya terlihat sangat mudah..tapi..."Pandangan Azure berubah,pandangannya yang tadinya kosong berubah menjadi nanar dan penuh marah."Aku sudah bosan dengan semua ini...AKu ingin mengakhiri penderitaan ini....Aku ingin Kekuatan....kekuatan yang cukup untuk mengubah nasibku ini....!!"

Kekaleman Azure lenyap dalam sekejap ketika,dia melontarkan kata-kata tersebut dari mulutnya,matanya yang biasanya hanya menunjukkan kebosanan sekarang berubah menjadi mata seorang pembunuh,pandangan yang pernah dimilikinya bertahun-tahun lalu.

Sunyi sesaat,tiba-tiba Azure yang sadar akan teriakannya terdiam dan menoleh dengan pandangan matanya yang biasa -penuh kebosanan- kepada ayuri."Maaf..."gumamnya pelan."Sepertinya saya terlalu berlebihan..."

"..." Ayuri hanya terdiam mendengarkan perkataannya. Entah yang Azure utarakan itu benar atau hal yang lain.

"...manusia yang berambisi sepertimu sudah sangat wajar di dunia ini...tapi...itu tidak berlaku bagiku..."

"Ternyata masih ada juga yah yang belajar, kukira semuanya mau mencari cara untuk mencontek," ujar Kaname sambil tersenyum kecil.

"Huah~" Hime masuk ke dalam perpustakaan sambil sedikit menguap, "pocong sial! Kalau ketemu lagi bisa-bisa kukutuk dia!" gerutunya.

Hime langsung mencari tempat yang paling sepi. "Ah.." ucapnya pelan ketika melihat sebuah tempat yang paling pas.

"Lumayan.. Dekat jendela dan hening." pikirnya sambil meletakkan tasnya di atas meja.
"Oh ya.. Sai-sen... Ngajar Matematika kalo nggak salah?" Hime mencari buku soal-soal matematika di rak dan mengambil satu. "..Nggak ada jaminan jawaban tadi benar, lagipula rasanya Sai-sen nggak sebodoh itu menyimpan jawabannya. Repot.."

Quote :

"...manusia yang berambisi sepertimu sudah sangat wajar di dunia ini...tapi...itu tidak berlaku bagiku..."

Nauka yang sudah terlanjur memperhatikan mereka tidak sengaja mendengar perkataan Ayuri.

"Menurutku semua wajar-wajar saja," celetuknya. "Orang yang tidak menyadari kebahagiaan memang banyak kok. Terlalu larut memikirkan cara keluar dari penderitaan, tapi sebenarnya sudah dikelilingi oleh senyuman."

Setelah itu Nauka beralih pada kertas yang ia pegang dan mulai sibuk sendiri.

"Ngomong-ngomong, Kaname, kenapa kamu suka belajar sih?"