Just another moment of waiting

"Hieee....Kakak seram yang waktu itu di perpustakaan..."
"Umm.....Aku mau berteduh dan aku lihat kakak-kakak sedang berkumpul. Ada apa yah?"

"Bukan apa-apa,kok.....hanya berteduh....." Amon berbohong menutupi fakta kalau mereka ingin mencari 'Bos'.

"Sepertinya...aku pernah melihat mu sebelumnya....." gumam Amon merasa Chisa sudah pernah ia lihat disuatu tempat.

Quote :

"Eh? Memangnya kelihatan ya?" Tanyanya pada dirinya sendiri sambil melihatnya.

Nauka hanya tersenyum kecil dan membiarkan Kaname pergi bersama Ryuha.

"Yah... Setidaknya aku bisa melihat pakaian dalammu," batin Nauka sambil mesem-mesem.


Melihat Chisa yang baru datang, tombol loliconnya yang baru saja off setelah kepergian Kaname langsung on lagi. Tapi karena ada Amon disana Nauka sekuat tenaga menahan diri.

"Halo, loli~" sapanya pada Chisa. "Kita juga sama-sama sedang berteduh kok."

Ia lalu menarik tangan Hime dan Amon (ajur dibiarin wkkk).

"Sebaiknya kita ikut berteduh di kedai bersama Ryuha dan Kanachan. Lebih nyaman," ujar Nauka pada Amon dan Hime sambil memberi isyarat agar mereka setuju aja.

"Dan sebaiknya kalian traktir aku," lanjut Nauka sambil menunjuk seragamnya yang tanpa bintang. "Mengerti kan maksudku?"

Hime hanya tertawa geli melihat Nauka minta ditraktir. Mereka lalu masuk ke dalam kedai tersebut.

"...Di sini lebih hangat," mata Hime memperhatikan kedai tersebut, sederhana, tenang dan nyaman.
"Mau pesan sesuatu?" tanyanya pada Amon dan Nauka.

"Serius dibayarin nih? Asiiik~" ujar Nauka girang. "Mau teh hangat dong!"

"Aku juga," ujar Hime pada seorang pelayan kedai.
Sambil menunggu pesanan, Hime mencari tempat duduk dekat jendela.

"Teh & Susu panas,lalu Mie juga kalau boleh," jawab Amon cepat,

"Ditraktir kan?"

"Ngawur kau. Padahal uda single juga," celetuk Nauka sambil cengengesan.

Ia lalu duduk di samping Hime dan mulai mengutak-atik sebuah... boneka

"Hehe... Nggak apa-apa," jawab Hime lalu memperhatikan Nauka, "kau... suka main boneka?" tanyanya, "...Atau itu alat barumu?" sambungnya.

"Dua-duanya," jawab Nauka. Ia lalu dengan cepat menambahkan, "Main boneka itu menyenangkan. Memodifikasinya menjadi barang baru jauh lebih menyenangkan lagi."

"Cheppa suka main boneka?"

Hime menatap Nauka geli.
"Boneka.... nggak," Hime menggelengkan kepalanya, "mereka menakutkanku sih^^;"

Tak lama kemudian seorang pelayan mengantarkan pesanan-pesanan tersebut. "Silahkan." ujar pelayan itu.

Azure hanya terdiam memandangi Amon,Hime juga NAuka yang sedang berteduh disebuah bangunan,tampaknya Azure masih ingin menikmati suasana ini.

"Dingin...basah....ideal untuk melancarkan serangan...Itulah alasan kenapa dulu aku menyukai hujan...."Pikiran Azure menerawang ke masa lalunya,masa lalu yang penuh darah.

"Tapi....karena alasan itulah sekarang aku membenci hujan....hujan adalah salah satu dari sedikit tanda-tanda yang mengingatkan pada masa lalu."gumamnya pelan,masih tetap mengemut lolipopnya,sambil diiringi terpaan hujan.

DOK! DOK!
Hime mengetuk kaca kedai berharap agar Azure melihatnya.

"Kenapa masih disitu?" pikirnya.

Azure memandang sekilas ke arah Hime,hanya tersenyum simpul dan kembali duduk tenang dikursinya.

"......Dia kususul deh, kasihan juga disana sendirian. anak kecil hujan2an" Hime berdiri dari duduknya dan pergi keluar kedai menyebrangi hujan.

"Hei," panggilnya pada Azure, "....nggak kesana aja? Di luar kan dingin." ujarnya pada Azure.

Quote :

"Hei," panggilnya pada Azure, "....nggak kesana aja? Di luar kan dingin." ujarnya pada Azure.

"Tidak kok.....sudah biasa sih...."jawabnya dengan tenang."Justru anda yang seharusnya berteduh....saya khawatir anda akan menderita penyakit jika terus berada di hujan seperti ini..."

"Tidak apa-apa^^" jawabnya lalu tersenyum, "ikut kesana saja yuk? Bersama yang lainnya^^" tawar Hime.

Quote :

"ikut kesana saja yuk? Bersama yang lainnya^^" tawar Hime.

"Ahh..baiklah...."gumamnya pelan sambil mengikuti Hime,berjalan menuju kafe."Ei...senpai....?"Azure memandang sekilas ke arah Hime.

"Kenapa anda peduli kepada saya....?"

Hime menatap Azure bingung, "...kenapa?" Hime mengulangi perkataan Azure.

"...Tidak ada alasan 'kenapa kita peduli dengan seseorang'" Hime tersenyum, "hanya naluriku untuk peduli pada orang lain." sambungnya masih tetap tersenyum.

"Ah, ayo! Hujannya semakin deras." Hime menambah kecepatan langkahnya lalu memasuki kedai tersebut. "Mau pesan minuman hangat? Untuk menghangatkan tubuh^^" tanyanya.

Quote :

"...Tidak ada alasan 'kenapa kita peduli dengan
seseorang'" Hime tersenyum, "hanya naluriku untuk peduli pada orang
lain." sambungnya masih tetap tersenyum.

Naluri untuk menolong....?batinnya.

Quote :

Mau pesan minuman hangat? Untuk menghangatkan tubuh^^" tanyanya.

"Baiklah..."gumamnya pelan sambil mengusap wajahnya yang penuh dengan air."Bisakah saya memesan secangkir teh...?"

Nauka menyeruput teh gratisannya dengan ceria, cuek pada Azure yang baru datang dengan keadaan basah

"Jur! Sini Jur! Duduk sini!" panggilnya setengah maksa sambil menepuk-nepuk kursinya, berlagak ia tidak tahu apa yang terjadi antara Hime dan Azure di luar sana.

Quote :

"Jur! Sini Jur! Duduk sini!" panggilnya setengah
maksa sambil menepuk-nepuk kursinya, berlagak ia tidak tahu apa yang
terjadi antara Hime dan Azure di luar sana.

"Tidak usah terlalu berisik....saya mendengar anda kok..."ujarnya pelan sambil duduk di sebelah nauka.

"Emangnya tadi berisik ya?" Nauka balik bertanya dengan tampang bego. "Mungkin kamu yang harus sedikit lebih bersemangat. Hehehe."

Hime kembali duduk di tempatnya semula lalu meminum tehnya sambil sesekali memperhatikan boneka Nauka.

Quote :

"Mungkin kamu yang harus sedikit lebih bersemangat. Hehehe."

"Mungkin..."sahutnya sambil menyeka rambutnya yang masih basah."Tapi...mungkin saja anda yang seharusnya menurunkan sedikit semangat anda..."Azure tersenyum,mengambil secangkir teh dan meminumnya dengan tenang.