Mission Accomplished

Nauka mencibir, "NPC itu munculnya belakangan. Ga muncul dari awal-awal banget."

Ia lalu tersenyum dan menepuk-nepuk pundak Ayuri lagi.

"Bagiku, kamu adalah NPC permainan hidupku. Hehehe," ujar Nauka sambil cengengesan.

Quote :

Nauka mencibir, "NPC itu munculnya belakangan. Ga muncul dari awal-awal banget."

"...lebih baik menjadi NPC daripada menjadi tokoh utama..."

Quote :

"Bagiku, kamu adalah NPC permainan hidupku. Hehehe," ujar Nauka sambil cengengesan.

"...dalam arti?" tanyanya menatap tajam ke wajahnya Nauka.

"Dalam artian; bagian dari permainan yang penting meskipun sering kali di pandang sebelah mata," jawab Nauka pasti. "Selain kamu ada yang lain juga kok."

Quote :

"...lebih baik menjadi NPC daripada menjadi tokoh utama..."

"Nein! Di game hidup ini semuanya berperan dobel," ujar Nauka menegaskan. "Biar adil."

[quote="Nauka"]"Dalam artian; bagian dari permainan yang penting meskipun sering kali di pandang sebelah mata," jawab Nauka pasti. "Selain kamu ada yang lain juga kok."[quote]
"...semua tidak ada yang sempurna...itukah hal yang kau ingin utarakan?"

Quote :

"Nein! Di game hidup ini semuanya berperan dobel," ujar Nauka menegaskan. "Biar adil."

"...hidup sendiri dengan penderitaan itu juga merupakan peran utama?"

Quote :

"...semua tidak ada yang sempurna...itukah hal yang kau ingin utarakan?"

Nauka garuk-garuk kepalanya sendiri dengan gemas.

Quote :

"...hidup sendiri dengan penderitaan itu juga merupakan peran utama?"

Nauka berhenti garuk-garuk kepala sendiri dan menatap lurus ke arah Ayuri dengan tatapan anak kecil diambil permennya.

"....HEAH!"

Nauka menjulurkan tangannya yang panjang kayak maling dan mengacak-ngacak rambut Ayuri yang panjang.

"Emo! Emo! Emo!"

Ayuri tersentak (tapi tidak berekspresi) dengan reaksi anehnya Nauka.

Rambutnya diacak2 oleh Nauka. Ayuri mencoba untuk menghentikannya lalu mengubah tangannya menjadi palu.

BUAK!! sebuah hantaman membuat kepalanya Nauka benjol.

Nauka meringis pelan dan mengelus-elus kepalanya. Tapi kemudian nyengir kuda.

"Hehehe! Boleh juga kamu! Kubalas!" ujarnya sambil mencubit pipi Ayuri dan tertawa.

Ayuri juga membalas mencubit pipinya Nauka. Tatapannya kali ini lebih menyeramkan (karena tanpa kacamata).

Nauka yang dari sananya emang cacat mental malah justru tertawa puas dan merangkul pundak Ayuri (meskipun jelas-jelas ia meringis kesakitan karena cubitan Ayuri lebih tega).

"Hahaha. Aku suka kalau kamu seperti ini. Lebih manusiawi, hehehe," ujarnya sambil sempat-sempatnya menjitak kepala Ayuri lembut.

"..." Ayuri berdiam diri sambil mengelus2 pipinya yang tadi dicubit.

"...sebenarnya apa yang kau pikirkan?" tanya Ayuri dengan wajah tidak beremosi.

Nauka nyengir, "Tidak biasanya seorang wanita ingin tahu isi pikiran seorang lelaki."

"Bisa-bisa menyesal loh kalau tahu."

Chisa jalan-jalan ke Hospital tanpa sebab jelas, dan melihat Ayuri dengan Nauka.
"Hyaa! Senpai yang seram!" kata Chisa kaget sambil menunjuk Ayuri.
Saking kagetnya, Chisa terpeleset.
"Puun?" tanya Usaki, yang sepertinya berarti "Tidak apa-apa?"
Kika keluar dari tas dan bengong melihat Chisa terpeleset.
Dia mengambil kertas dan menulis: "Kamu kenapa, Chisa?"
"Ah..Kalian berdua, aku baik-baik saja kok" kata Chisa sambil tersenyum.
"T..tapi...Ada..."
"Jangan takut! Mungkin kakak ini tak sejahat yang dipikirkan...."
"Ah...Selamat siang, senpai-senpai sekalian.." raut muka Chisa berubah.

Nauka tersenyum manis ke arah Chisa (mendadak jaga imej).

"Halo, Chisa." sapanya ramah.

"...manusia mempunyai sejumlah pertanyaan jika ingin mengetahui sesuatu..."

"...Apa hal itu aneh?" tanya Ayuri sambil mengambil kertas baru lalu mencoret2nya lagi.

Lalu datang seorang tamu lagi, Chisa.

Quote :

"Ah...Selamat siang, senpai-senpai sekalian.." raut muka Chisa berubah.

"..." Ayuri lagi2 diam, tidak berkata apa2 melihat tamu lain.

Quote :

"...manusia mempunyai sejumlah pertanyaan jika ingin mengetahui sesuatu..."

"Hahaha, kalau begitu kapan-kapan akan kuberitahu," jawab Nauka sambil tersenyum lebar. "Tapi aku tak menjamin kau akan mengerti."

"Sudah ada beribu orang yang berusaha mengerti aku, tapi hanya satu orang yang berhasil mengerti aku. Bahkan psikolog terkenal saja bingung dengan jalan pikiranku," lanjut Nauka. Sekilas wajahnya terlihat lirih, tapi segera kembali tertutupi sebuah senyuman.

"..." Ayuri terdiam menatap Nauka sebentar lalu berbalik melanjutkan mencoret2 kertas.

"...manusia disebut makhluk hidup yang sempurna...tidak terkecuali cacat fisik ataupun mental...tapi...itu tidak berlaku dengan diriku..."

Chisa cuma bengong mendengar pembicaraan Ayuri dan Nauka.
"Eh...Kayaknya aku harus keluar deh! Daag!"
[out]

Quote :

"...manusia disebut makhluk hidup yang
sempurna...tidak terkecuali cacat fisik ataupun mental...tapi...itu
tidak berlaku dengan diriku..."

"Heh? Aku rasa kesulitan berkomunikasi yang didukung oleh pembicaraan yang irelevan nan penuh perumpamaan itu bukan hal yang perlu dijadikan alasan minder," ujar Nauka serampangan.

"..." Ayuri memberhentikan mencoret2nya.

"...tetapi..itulah kenyataannya...sampai sekarang...aku 'dipenjara'..." ujarnya halus.

"...Erm, sebenarnya tadi tuh kamu ngerti ga sih aku ngomong apaan?" tanya Nauka, mulai canggung melihat ada orang yang lebih ga nyambung dari dia.

"..." Ayuri terdiam. Entah itu dia memang tidak mengerti atau hanya tidak ingin berbicara panjang lebar lagi.

"...bisa tidak, bisa ya..." jawabnya yang membingungkan. Ayuri kemudian meneruskan corat-coretnya.

OOT: Nauka, jelasin aja ^^;

"Tau ah," Nauka lalu mengambil kertas dan mulai mencoret-coret juga. "Kamu umur berapa sih?"

"...15 tahun...kau sendiri?" tanya balik Ayuri kepada Nauka.

"Mana yang duluan? Ayam atau telur?" tanya Nauka tiba-tiba, tidak menggubris sedikitpun pertanyaan Ayuri. Balas dendam rupanya.

Kaitou yg mndgar info ayuri sudah pulang akhirx mmutuskan utk datang...

Tanpa mgetuk pintu, ia nylonong masuk. "se...senpai !!jangan seenaknya nylonong !"kata seorang bocah yg ada di sbelah Kaitou.

"yo, Hikarichi Ayuri"