Feeling? (Kamar Ayuri - malam hari sedang hujan)

Sekian lama kemudian, 2 Pedobear itu kembali membawa dokter Jiro ke kamarnya Ayuri.

"Hei! Ada apa...!! Ayuri?!" kaget Jiro yang melihat keadaan Ayuri yang nafasnya tidak beraturan. Setelah diperiksa, demamnya kian meningkat daripada sebelumnya.

"Ini gawat...kondisinya semakin memparah..." ujar Jiro khawatir. Jiro dengan tergesa2 segera mengambil beberapa obat lalu diracik menjadi satu.

Setelah itu, dokter tersebut memasukkan obat racikannya ke mulut Ayuri dan menegukkan air ke mulutnya juga. Hal itu juga sama dia lakukan terhadap Nauka. Lalu dibaringkan Nauka ke sampingnya Ayuri dan menunggu reaksi obatnya.

Nauka memuntahkan obat yang diberikan oleh dokter Jiro.

"Sori, aku kurang suka menelan hal-hal yang aku tidak tahu pasti dan membiarkannya menyatu dengan tubuhku," ujarnya sambil mengusap bibirnya.

Ia lalu duduk di atas ranjang dan memegang kepalanya dengan tangan kanannya.

"Oi," panggilnya pada dokter itu. "...Kalau di sebegitu sakitnya, kenapa masih dianggap kuat untuk melakukan "misi"?"

"..." Jiro terdiam mendengar pertanyaan Nauka. Dia menghadap ke jendela. "Entahlah...Akademi ini mempunyai banyak rahasia yang tidak ingin terbocorkan kepada pihak di sini...apalagi dengan pihak luar."

"...yang pastinya...anak2 dangerous ability diperalat oleh Akademi untuk melakukan pekerjaan2 kotor. Mungkin bisa saja diancam agar mereka bisa tunduk kepada Akademi..."

"...meskipun, seberat lukanya di luar maupun di hati mereka..."

Jiro kemudian menatap kepada Nauka. "...sejujurnya, kau yang bertipe di luar itu beruntung untuk melakukan hal yang lebih leluasa dibandingkan anak2 dangerous ability ini..."

"...Ayuri sama sekali mengurung segala kesalahannya yang dialaminya di masa lalu...tidak heran...dia menjadi semakin lemah fisiknya..."

WUSH!

Nauka melemparkan bantal ke arah wajah Dokter Jiro.

"Sori, tapi aku ga suka dinilai beruntung atau tidak dari orang lain yang tidak pernah di posisiku," ujarnya ketus sambil bangkit berdiri meski limbung. "Tadinya kukira sebagai orang dewasa anda lebih mengerti soal itu."

"Aku juga tidak pernah menilai posisi Ayuri maupun anda. Jadi ak berharap dokter juga mau menghargai nilai-nilaiku."

"...namanya juga manusia...siapapun tidak ada yang benar ataupun salah. Maaf bila saya salah menilaimu..." ujar Jiro melempar kembali bantal ke arah Nauka dan mulai berjalan ke pintu keluar.

"...tapi...beginilah keadaan Akademi yang sebenarnya...terserah kau mau menilai seperti apa...itu tidak akan merubah situasi yang terjadi sekarang..." kemudian Jiro keluar dari kamar.

Nauka menghela nafas lalu memperhatikan Ayuri.

Entah kenapa akhir-akhir ini dirinya menjadi labil.

Tubuhnya lelah sekali.

Nauka merebahkan diri di sisi Ayuri, lalu kembali tertidur pulas.

Ayuri terus tertidur tanpa ada rasa sakit lagi; nafasnya mulai teratur seperti biasanya. Sepertinya obat yang diberikan oleh Jiro telah bekerja.

Nauka terbangun dan terlihat baikan.

Cuaca sudah lumayan cerah.

Ia menatap Ayuri dan menyelimutinya sebelum akhirnya keluar dari jendela.

[out]

Beberapa jam kemudian, Ayuri terbangun dari tidurnya. Dia melihat seseorang sudah berada di sisinya.

"...kakak?" ujar Ayuri menatap kakaknya yang mempunyai nama kode "Nemesis".

"Kau bangun ya? Apa kau sudah merasa baikan?" tanyanya.

"..." Ayuri hanya mengangguk.

"Begitu ya...sepertinya obat racikan si Jiro manjur. Baguslah!" senyum "Nemesis". Entah beberapa menit kemudian, suasana menjadi sunyi. Tidak ada satupun yang berkata.

"...apakah...aku masih bisa kembali lagi menjadi manusia?" ujar Ayuri memulainya. Kakaknya berdiam diri sementara lalu mengelus kepala adiknya.

"...tentu saja, Ayuri. Sebab...kau sejak awal memang adalah manusia..." ujar "Nemesis" sebelum dia meninggalkan tempat.

"Aku pergi dulu...carilah udara segar kalau kau mau." lalu kakaknya pergi keluar kamar.

"..." Ayuri menatap ke baju misinya yang sudah bersih, kacamatanya yang baru, dan baju seragam Akademinya yang tersedia rapi di meja.

Kemudian dia menggantinya ke seragam Akademi tersebut dan memakai kacamatanya yang sudah tersedia. Gadis berambut merah itu melihat saputangan yang masih penuh darah karena kejadian 2 hari yang lalu. Diapun mengambilnya beserta dengan topeng kupu2nya dan pergi keluar dari kamar.

(out)

'Sudah kosong...Kamar ini...' ujar Yuuki tanpa arah yang ternyata dia nyasar ke kamarnya Ayuri!

Yuuki melihat-lihat sekeliling, kemudian pergi tanpa arah dan tidak pernah terlihat lagi