Blues Cafe...

"Terserah deh......." Amon segara menghabiskan pesanannya,

"Tambah segelas susu lagi." ucapnya ke seorang pelayan,

Hime hanya diam, masih mengaktifkan Alicenya dengan menggunakan distorter. "......"

Hime kemudian mengeluarkan kameranya dan memotret bagian luar Cafe yang terlihat dari kaca disebelahnya.

Quote :

"......Kenapa tidak boleh...?"tanyanya.

"Bukankah wajar saja bila manusia seperti kita berbohong....?"

"Bukankah wajar manusia bernyawa?" balas Nauka, seolah-olah memang
telah mengantisipasi ucapan Byakuran. "Bukankah teman adalah nyawa?"

"Bukankah nyawa itu tidak bisa dirasakan enak atau tidaknya? Bukankah
nyawa itu cuma... ada. Lalu meskipun suatu saat hilang, tapi tetap saja
diperlukan?"

"Bukankah tanpa nyawa kita mati?"

Quote :

"Kurasa tidak punya teman lebih baik kok...." gumamnya,

"Sekalian aja ke gudang yang gelap, ngunci diri dan tungguin ada setan yang mau ngerasukin," ujar Nauka asal.

Quote :

"Sekedar,hidup,bernafas,makan,minum,tumbuh,lalu mati...."

"Bunuh diri saja," Nauka tersenyum. "Bunuh diri saja. Mudah? Tentu saja mudah."

Diam-diam senyum Nauka sedikit berubah lalu ia melanjutkan, "Lalu sisa waktu game-playmu akan kuambil."

Ryuha mendengar perkataan mereka semua dan menyimpulkan bahwa mempunyai teman itu menyenangkan.

"Hm... aku harus ngeliat itu dengan mataku sendiri seh..." batin Ryuha.

Quote :

"Whatever...."balas Amon acuh tak acuh,

"Kau bilang begitu juga hidupku nggak repot-repot amat kok........"

"Sekedar,hidup,bernafas,makan,minum,tumbuh,lalu mati...."

"Err... hidupmu ini... membosankan yah?" kata Ryuha sambil senyum ke arah Amon.

"Well.. aku setuju dengan Nauka, daripada hidup kebosanan, mending u mati aja." lanjutnya. "Lebih menyenangkan... mungkin..."

@Amon: sorry... ^^;;

OOT: *kasi ryu permen* timpukin bareng2!!

IT:
Hime tersenyum senang, "hidup yang seperti itu monoton kan^^?" ujarnya.

Quote :

"Well.. aku setuju dengan Nauka, daripada hidup kebosanan, mending u mati aja." lanjutnya. "Lebih menyenangkan... mungkin..."

"Benar. Mati saja," Nauka mengangguk pada dirinya sendiri. Ia lalu melirik pada Byakuran. "Kamu juga kalau mau mati, tidak ada yang melarang kok."

"Daripada kelamaan nungguin mati. Keburu lumutan duluan. Mending di percepat. Mati itu adalah hal yang sangat mudah untuk dilakukan kok," Mata Nauka sesaat tampak menerawang. "Yang sulit itu bertahan hidup."

".........." Amon hanya diam,

"Terserah ku mau hidup gimana....Ini Hidupku kok...Mau membosankan atau monoton atau apalah..." ujarnya santai,

Quote :

"Terserah ku mau hidup gimana....Ini Hidupku kok...Mau membosankan atau monoton atau apalah..." ujarnya santai,

"Emang ga ada yang nyuruh kamu untuk bikin hidupmu yg ngebosenin itu jadi lebih menarik kok," ujar Nauka gamblang. "Cuma menyarankan supaya mati aja."

"Ya,ya,ya....." jawab Amon cuek,

"Kupertimbangkan saran mati itu...." lanjutnya asal,

"Bosan juga nih..." Hime bertopang dagu. "Hmm... Melakukan sesuatu yang lain yuk? Kalau kalian tidak sibuk sih^^;" lanjutnya.

Quote :

"Daripada kelamaan nungguin mati. Keburu
lumutan duluan. Mending di percepat. Mati itu adalah hal yang sangat
mudah untuk dilakukan kok," Mata Nauka sesaat tampak menerawang. "Yang
sulit itu bertahan hidup."

Byakuran terdiam,dan kembali memandang jendela dengan tatapannya yang biasa...dingin.

"......Mati itu tidak segampang dan semudah perkataan anda..."

"...walaupun saya akui...kalau bertahan hidup itu sama sulitnya sih..."

Quote :

"......Mati itu tidak segampang dan semudah perkataan anda..."

"Kalau kmu itu Saisen yang immortal atau Kaname yang tukang regenerasi sih aku bisa mengerti," balas Nauka. "Tapi klo kmu "cuma" punya kemampuan yang berhubungan dengan waktu maka kalau ditusuk jantungnya juga pasti mati kan?"

Quote :

"Tapi klo kmu "cuma" punya kemampuan yang berhubungan dengan waktu maka kalau ditusuk jantungnya juga pasti mati kan?"

".....Mungkin...."jawabnya pelan..

"Tapi...saya...sudah muak dengan apa yang disebut kematian....sudah terlalu banyak...."

"Sama. Aku juga uda muak bernapas. Itu malahan lebih banyak dari jumlah kematian yang ada." jawab Nauka ngasal.

Entah apa yang membuat Nauka sejak tadi gemar bersilat lidah.

Quote :

"Sama. Aku juga uda muak bernapas. Itu malahan lebih banyak dari jumlah kematian yang ada." jawab Nauka ngasal.

Byakuran mengalihkan pandangannya dari jendela..dan tersenyum sambil menatap nAUKA.

"........Jika anda mau..Aku bisa membunuh anda sekarang..."ucap Pemuda berusia 17 thn tsb dingin.

"Aku ogah mati di tanganmu," jawab Nauka sambil meneguk air mineral di hadapannya. "Kayak ga ada orang lain yang lebih bagusan dikit aja."

"Mending mati keselek biji durian aja deh."

"Terserah.."

"Mati atau Hidupnya anda...anda sendiri yang menentukan...."

Hime menguap kecil, kemudian mengambil permen dari dalam tasnya dan memakan permen tersebut.

"Bosan juga....." pikirnya sambil tetap menatap keluar jendela, menggenggam kamera digitalnya. "....Apa tidak ada yang menarik akhir-akhir ini ya..?" Hime kembali mengutak-atik kameranya, memilih untuk diam saja.

"........bosan...."

Ia berdiri dan meregangkan tubuhnya...(Liat ava)..

".....Hng...Apa ada yang mau memesan makanan lagi...?"tanyanya sambil berjalan ke meja kasir.

"Sepertinya tidak ada," jawabnya. Hime lalu melirik ke arah jam dinding yang ada disana. "....Sudah sore rupanya, nggak kerasa." gumamnya kecil.

"Sepertinya tidak ada," jawabnya. Hime lalu melirik ke arah jam dinding yang ada disana. "....Sudah sore rupanya, nggak kerasa." gumamnya kecil.

OOT: sial ^^; gara2 mati lampu, jadinya gak ol... maaf
IT:

Nauka wrote:

Quote :

".......Hei...Apa mempunyai teman itu menyenangkan....?"tanyanya kepada mereka semua.

"Apa punya nyawa itu menyenangkan?" balas Nauka singkat lalu memainkan distorter milik Ayuri, sesekali tampak mengutak-ngatik. Tapi tiba-tiba ia meletakan distorter itu dengan hentakan.

"...Kalau memang terjadi sesuatu, dan kalian tidak mau memberi-tahukanku, maka aku hargai keputusan kalian," ujarnya. "Tapi jangan berbohong."

Nauka mengangkat kepalanya dan menatap mata Ayuri serta Byakuran.

"Jangan pernah coba lakukan itu padaku."

"..." Ayuri hanya diam saja. Merasa malas untuk merespon sang Prank Master itu.

Hari menjelang sore, Ayuri memutar2kan sedikit anting2nya yang menjadi controller-nya. Kemudian mengubah sedikit tangannya menjadi beragam benda.

CLICK!

Hime memotret semua orang yang ada disekitarnya. "Kalian objek yang menarik^^" ujarnya tersenyum kemudian kembali pada kameranya.

Hime kemudian merenggangkan kedua tangannya ke udara, kemudian berdiri dari kursinya, memotret isi Cafe tersebut.

Ayuri meminum kopi susunya yang sudah mulai dingin lalu mulai berdiri dari tempat.

Dia kemudian beranjak keluar dari tempat.

(out)

Ryuha kaget waktu kena blitz kamera.

"Eh? Poto?" kata Ryuha. Ryuah langsung aja kepikiran ide.

"Ayuri! Jangan keluar dulu!" teriak Ryuha.

"Ayo... poto2 bareng." saran Ryuha sambil senyum. "Maw ngga?"