Blues Cafe...

Ryuha hanya mendengar pembicaraan Nauka, sambil melihat mukanya.

"Hm? Maw tidak maw pasti jadi NPC eh? pikir Ryuha.

Seketika itu, Lasagna yg dipesan telah datang.

"Uhm... sorry, motong. Ada yg maw lasagna-ku ga? Sebelum aku makan nih. Tp jangan semuanya..." kata Ryuha sambil senyum.

"Mau banget dong!" jawab Nauka semangat dan langsung menyambar sebagian kecil dari lasagna menggunakan garpu yang ada (ga jelas punya siapa, yg penting dipake).

"Enaaak! Thanks Ryuha!" senyum Nauka lalu menunjukan wajah yang puaaas banget. "Ngomong-ngomong, anak baru itu namanya siapa?"

ia menunjuk ke arah Byakuran.

Quote :

"Ngomong-ngomong, anak baru itu namanya siapa?"

"Byakuran..."jawabnya singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela.

"Tapi..." Ia menoleh ke arah Hime."Gadis berambut pink ini memanggil saya RanRan..jadi terserah anda..ingin memanggil saya dengan nama apa..."lanjutnya sambil tersenyum.

Hime cuma diam dan kembali menggigit potongan pizza terakhirnya. "Hmm, kalau boleh tahu, alicemu apa?" tanyanya.

Quote :

"Hmm, kalau boleh tahu, alicemu apa?" tanyanya.

Byakuran terdiam sebentar..kemudian menghela nafas.
"Sebuah alice yang berhubungan dengan waktu..."

Ia menundukkan kepalanya sambil meminum teh yang ada di depannya..
"Maaf...tapi saya tidak bisa memberi tahu anda lebih detail lagi..."lanjutnya sambil kembali meminum tehnya.

"Oh..." gumamnya singkat, dan Hime kembali diam. ^^;

BYakuran hanya tersenyum melihat sikap HIme..
"Lalu.....alice anda sendiri apa...?"tanya Byakuran sambil memakan coklatnya.

"Healing Alice," jawabnya, "hmm... bisa dibayangkan." lanjutnya kemudian tersenyum.

"Ngg... Ini kau yang traktir yah^^?" Hime nyengir.

Byakuran mengangguk setuju sambil meneruskan memakan coklatnya.

.....

"Lalu....BIsa ceritakan lebih jauh mengenai kematian si Bodoh azure...?"tanyanya sambil mengelap mulutnya yang penuh dengan sisa-sisa coklat.

"Tapi.....jika itu memungkinkan sih..."

"....Tidak tahu," Hime hanya tersenyum, "minta cerita sama Kappa aja^^" Hime menunjuk Nauka.

"Kenapa tertarik mendengar ceritanya?" Hime melirik Byakuran, "....jangan-jangan punya ketertarikan khusus?" pikir Hime ngaco.

Quote :

"Kenapa tertarik mendengar ceritanya?" Hime melirik Byakuran,

"Karena...ingin tahu saja."ujarnya sok misterius."Saya hanya ingin mengetahui...Kenapa anak bodoh itu mempunyai kesan yang begitu berarti bagi seorang Hime.."lanjutnya sambil tersenyum dingin.

Ia menatap HIme sambil tersenyum manis,namun...dengan sorot mata sedingin es.

"Maaf jika saya sedikit sok tahu tapi....kentara sekali kalau anda menyimpan sesuatu....perasaan yang sedih mungkin....?"

"Ngg..." Hime bingung, "namanya juga teman^^;" jawabnya. "Tapi yah, memang pada akhirnya semua hal yang ada disekitar kita akan pergi. Cepat atau lambat, dekat atau tidak." lanjutnya.

"Yang seperti ini, harus menyesuaikan diri sih kalau menurutku." Hime tersenyum, "tapi tidak masalah, dan sudah tidak apa-apa^^"

Quote :

Ia menundukkan kepalanya sambil meminum teh yang ada di depannya..
"Maaf...tapi saya tidak bisa memberi tahu anda lebih detail lagi..."lanjutnya sambil kembali meminum tehnya.

Nauka membentuk huruf O dengan mulutnya lalu menyenggol Ryuha.

"Tolong liatin dong alicenya kayak gimana dengan matamu itu, Ryuha," ujarnya sambil menyikut Ryuha.

Quote :

"....Tidak tahu," Hime hanya tersenyum, "minta cerita sama Kappa aja^^" Hime menunjuk Nauka.

"Kenapa aku? Kamu kan juga disana," ujar Nauka dengan nada malas. Tapi tampaknya ia memang ingin cerita.

"Ia mati. Itu saja. Kalau dia mati, maka dia mati. Dan seorang tante-tante berusaha menguliahiku. Cih. Sekarang mayatnya mungkin lagi dimakan rame-rame."

Hime tersenyum geli mendengar ucapan Nauka.

"Ngomong-ngomong..." Hime mengaduk-aduk minumannya, "...tante-tante itu siapa yah? Orangnya menakutkan, Alicenya juga. Kesannya misterius sekali."

Nauka diam sesaat dan tampak berusaha mengingat-ingat.

"Yang jelas, tampaknya Azure mengenalinya. Mungkin," ujar Nauka dengan suara pelan, lebih seperti sedang berbicara pada diri sendiri. "Mungkin guru baru. Mungkin guru kelas Dangerous."

Hime mengangkat bahu sesaat, "Nggak dateng-dateng yah..?" gumamnya kecil sambil menengok dari balik jendela.

"Habis ini rencana mau kemana dengan Ayuri?" tanya Hime tersenyum.

"Kita ga punya tujuan kok," jawab Nauka. "Aku hanya bilang ke Ayuri klo ak laper n ak mau makan. Klo dia mau ikut, ya... harusnya dia datang sebentar lagi."

"Ayuri anaknya menarik," lanjut Nauka. "Cantik."

Hime tersenyum, "kupikir Kappa tertarik dengan sesama^^" *disambit sendal* lanjutnya kemudian memesan minumannya yang kedua (toh ditraktir).

"Maksudmu Amon? Ya, aku masih tertarik padanya kok," senyum Nauka. "Tapi bukan berarti Ayuri tidak menarik. Hime juga menarik kok."

"Kappa juga menarik," Hime hanya tersenyum. "Semuanya terlihat menarik," lanjutnya ga jelas bingung sendiri.

Nauka diam sebentar, lalu tiba-tiba tangannya yang panjang (maling wkk) terulur dan meraih pundak Hime. Perlahan-lahan, ia menarik Hime ke dalam pelukannya. Dagunya ia sandarkan pada pundak Hime.

"...Boleh ya?"

Terdengar suara lirih.

"Apaan^^;?" Hime sedikit menjauh Nauka, "mau minta tambah makanan? Atau minuman? Yang traktir dia^^;" Hime menunjuk Byakuran.

Nauka menguatkan dekapannya.

"Bukan. Bukan itu," ujarnya lirih. "...aku masih kepikiran."

BUAK!

Hime memukul Nauka dengan harisennya.
"....ngomong yang jelas!" ujarnya yang mulai takut^^; ga sabar.

Nauka menangkis halisen itu dengan tamengnya (yang sama-sama muncul entah darimana).

Ia lalu mengeluarkan sebuah gelang yang mirip dengan controller.

"Tuh, ambil."