in the top of Junior Hi Building

Nauka berhenti mengejek Azure dan ikut jatuh. Meskipun tubuhnya lumayan terlindungi berkat efek alice Positive, tapi memori tetap memori, dan selamanya akan ada.

"Sial! Aku tidak mau kesana! Aku kenyang di sana!" teriaknya frustrasi. "Kenapa aku harus melihat tempat itu lagi?!"

Quote :

"Lain kali akan saya ajari langkah yang benar," ujarnya datar.

Azure berbisik pada Kurot..
"Pendarahan di jantung...hancurnya lambung...gegar otak ringan..patah tangan kiri....sangat tidak mungkin untuk menolong saya...jadi"

Azure tersenyum pada kurot,ia sama sekali tidak merasakan Efek alice kurot..mungkin karena,syaraf-syaraf otaknya sudah tidak mendukung untuk merasakan apapun,bahkan perasaan takut.

"Biarkan aku tidur......"ujarnya sambil menyandarkan tubuhnya di dinding...masih mengeluarkan darah.

Ayuri berusaha untuk melawan penderitaannya. "...kau...tidak sama sepertiku..." ujarnya terengah2.

"...kau...mempunyai hati...perasaan... emosi...kau adalah...manusia...berbeda dariku..." lanjutnya yang badannya masih gemetaran dan nafasnya mulai tidak beraturan meskipun masih memakai topengnya.

Hime memeluk dirinya sendiri dengan sangat erat. Masa-masa yang dibencinya teringat tiba2, hatinya terasa sakit, Hime meringis ingin menangis.
"....Hentikan.." ujarnya dengan suara tercekat.

Sekuat tenaga Hime berusaha melirik teman2nya dan Kurot, seseorang yang belum pernah ditemuinya dan berjalan tertatih2 kearah mereka.
Dengan alicenya Hime mencoba untuk menolong Azure.

Kurot diam. Pandangan matanya melembut, meski ekspresinya masih sama.

"Tidur saja," ujarnya datar. "Tidak ada yang melarang."

Ia mengalihkan pandangannya dari Azure, meski masih berbicara padanya.

"...Toh, saya rasa memang tidak ada yang peduli," lanjutnya. "Lihat, begitu terkonsumsi pada emosi yang kuat, manusia sudah tidak peduli pada siapapun selain dirinya."

Ia menunjuk ke arah Ayuri dan Nauka.

Kurot mendengar Ayuri berbicara, dan berjalan ke arahnya dengan tatapan dingin.

"Lalu kau sendiri apa? Jangan munafik. Kau juga ada di bawah pengaruh alice saya," ujarnya dingin sambil menatap dengan pandangan meremehkan. "Kau sama saja."

Nauka dengan segenap tenaga mengumpulkan sisa-sisa efek alice positive dan mengangkat kepalanya, menatap ke arah Kurot.

"Tante! Jangan sok menggurui! Aku kenyang digurui!" teriaknya emosi. Lalu ia kembali jatuh dan memukul lantai. "...Aku benci itu. Hanya mengingatkanku pada tempat itu lagi! Aku sudah lama keluar dari sana!"

Kurot wrote:

Kurot mendengar Ayuri berbicara, dan berjalan ke arahnya dengan tatapan dingin.

"Lalu kau sendiri apa? Jangan munafik. Kau juga ada di bawah pengaruh alice saya," ujarnya dingin sambil menatap dengan pandangan meremehkan. "Kau sama saja."

"...aku tidak munafik...aku mengatakan yang sebenarnya..." ujarnya kepada Kurot sambil tetap melawan ketakutan yang semakin menusuk dirinya.

"...bagaimana...denganmu sendiri?...kau juga sama, bukan?" tanya balik Ayuri.

Quote :

"...kau...mempunyai hati...perasaan... emosi...kau adalah...manusia...berbeda dariku..." lanjutnya yang badannya masih gemetaran dan nafasnya mulai tidak beraturan meskipun masih memakai topengnya.

Azure menggelengkan kepalanya,membiarkan rambut putihnya terpercik oleh darahnya sendiri.
"Aku bukan manusia..."Ia tersenyum."Manusia tidak akan melakukan hal seperti ini...justru..kaulah yang manusia..."

Ia melirik ke Ayuri sebentar,
"Manusia sepertimu harus terus hidup...jangan sepertiku...uhkk.."

Azure mengalihkan pandangannya ke nauka,amon,serta hime dan ryuen serta chiaki.
"Hei....maaf ya...."ujarnya pelan..

Quote :

"Tidur saja," ujarnya datar. "Tidak ada yang melarang."

"Anda tidak berubah sejak kita pertama kali bertemu di perpus dulu..."Azure tersenyum tipis.

"Tapi..terima kasih....atas ijinnya..sensei...saya janji..tidak akan berbuat keributan seperti di perpus dulu..."Ia kembali tersenyum tipis,pandangan matanya seakan-akan memperlihatkan terima kasih,entah pada siapa.

Azure kembali menyandarkan kepalanya ke dinding..wajahnya terlihat damai...dan tidak lama kemudian,Ia tertidur...

Hime hanya diam dan terus berusaha menggunakan Healing Alice nya walaupun berdampak buruk pada tubuhnya.

Tatapannya sedih dan kosong, merasa akan ditinggal oleh seorang temannya yang lain. Beberapa luka mulai menutup, dan berpindah pada tubuh Hime sendiri yang juga menahan sakit luka2 yang baru timbul, tapi tiba-tiba luka2 tersebut berhenti berpindah padanya.

"....Kenapa..?" ujarnya tidak percaya tetapi masih mengaktifkan Alicenya.

Nauka bangkit berdiri, berjalan mundur.

"Tante, kamu sebenernya disini buat apa sih?" tanyanya dengan tatapan penuh kebencian. "Cuma buat ngeliat aku sengsara?"

Quote :

"...aku tidak munafik...aku mengatakan yang sebenarnya..." ujarnya kepada Kurot sambil tetap melawan ketakutan yang semakin menusuk dirinya.

"...bagaimana...denganmu sendiri?...kau juga sama, bukan?" tanya balik Ayuri.

"Kau takut. Itu bukti kau berbohong. Kau bilang kau tidak punya perasaan," ujarnya sambil tersenyum meremehkan. "Mata itu tidak bisa berbohong."

Ia lalu berjongkok, mendekatkan wajahnya pada Ayuri.

"Saya memang sama dengan kau, gadis muda. Saya tidak pernah mengatakan bahwa saya tidak punya emosi," ujarnya dingin dengan nada mengancam.

Quote :

"Anda tidak berubah sejak kita pertama kali bertemu di perpus dulu..."Azure tersenyum tipis.

"Tapi..terima kasih....atas ijinnya..sensei...saya janji..tidak akan berbuat keributan seperti di perpus dulu..."Ia kembali tersenyum tipis,pandangan matanya seakan-akan memperlihatkan terima kasih,entah pada siapa.

Azure kembali menyandarkan kepalanya ke dinding..wajahnya terlihat damai...dan tidak lama kemudian,Ia tertidur...

Kurot menggelengkan kepalanya dan hanya menghela nafas.

"Kau," ujarnya pada Hime. "Jangan melakukan hal yang sia-sia."

Ia lalu beralih pada Nauka.

"Kau banyak bicara ya. Tong kosong banyak bunyinya."

Azure hanya terdiam...Ia tidak bisa lagi merasakan apapun...seluruh tubuhnya mulai berhenti berfungsi...lama kelamaan...kehangatan ditubuh Azure menghilang...

Hanya saja darahnya masih terus mengalir dari luka-lukanya,seakan-akan....tidak akan pernah berhenti,namun,ada satu yang tidak berubah...

Senyuman..

Sebuah senyuman yang Azure sunggingkan di saat-saat terakhirnya,sebuah senyuman tanpa keraguan,sebuah senyuman yang seakan-akan mampu untuk menghadapi apapun..sebuah senyuman yang hanya Ia perlihatkan disaat-saat terakhirnya...



END

"...Aliceku tidak bekerja!" Hime tiba-tiba berteriak. "..Hei, kenapa Alice ku berhenti bekerja!?" ujarnya yang mulai kalut dan panik.

"...Apa dia selemah ini..?" lanjtu Hime yang mulai ketakutan, masih tetap mengaktifkan Alicenya. "Badannya semakin dingin..." Hime hanya menatap lurus luka-luka Azure, matanya kosong.

"Ukhh..."

Nauka merangkak ke arah Hime dan Azure. Ia mengecek tubuh Azure.

"...Kok?" Nauka tampak kaget. Untuk pertama kalinya ia menunjukkan raut muka yang sangat berat di sekolah itu. "...Kok?"

Hime masih tetap ngotot menggunakan Alicenya, "bego!" teriaknya,
"sampai kapan mau tidur seperti ini!? Bangun!!" matanya mulai
berkaca-kaca dan menangis beneran.

"Kenapa lukanya tidak berpindah!!?" Hime terus berteriak entah pada siapa.

Kurot menghela nafas panjang dan tampak menelan beberapa butir pil.

"...Relakan saja. Kalian terlalu muda, jadi tidak mengerti apa-apa," ujarnya sambil berjalan ke arah mereka dan mengangkat tubuh Azure. "Dia juga sama saja."

"Pesan moral yang dapat diambil: Jangan macam-macam dengan emosimu dan emosi orang lain," tambahnya, lalu menatap ke arah Nauka.

"Terutama kau."

Nauka bangkit berdiri dan menahan tangan Kurot yang menggendong tubuh Azure.

"Kamu ga berhak nyentuh dia!" teriaknya galak. "Lagian apa maksud kalimat terakhirmu itu?!"

"Ingat kata-kata terakhirmu pada anak ini?" tanyanya pada Nauka dingin. "Kau bilang dia anak manja. Lebih manja mana denganmu?"

Kurot wrote:

"Kau takut. Itu bukti kau berbohong. Kau bilang kau tidak punya perasaan," ujarnya sambil tersenyum meremehkan. "Mata itu tidak bisa berbohong."

Ia lalu berjongkok, mendekatkan wajahnya pada Ayuri.

"Saya memang sama dengan kau, gadis muda. Saya tidak pernah mengatakan bahwa saya tidak punya emosi," ujarnya dingin dengan nada mengancam.

"..." Ayuri terdiam akan perkataan penjaga perpustakaan tersebut. Nafasnya masih terengah2 dibalik topengnya.

Ayuri kemudian menoleh kepada Azure. Dia berjalan tertatih2 melawan alice-nya Kurot menuju ke sampingnya Azure. Gadis bertopeng kupu2 itu memperhatikan senyuman Azure yang mati. Hening...tidak ada kata2...

Tetapi kali ini berbeda. Tiba2 saja, topengnya yang dia kenakan terjatuh. Wajahnya yang tidak beremosi itu mengalir setetes air dari matanya.

Sewaktu Kurot mengangkat tubuh Azure yang tidak bernyawa dan Nauka mencoba untuk menghentikannya.

"...Hentikan..." ujar Ayuri menghentikan Nauka. Air matanya Ayuri yang jarang diperlihatkan akhirnya mengalir dipipinya walaupun wajahnya tidak menunjukkan emosi apapun.

"...relakan saja..."

Hime terdiam, "bisa berhenti untuk adu mulut..?" ucap Hime lirih lalu
memeluk Ayuri. Wajahnya mengernyit menahan rasa sakit yang ada di dalam
dan tiba-tiba Hime mulai menangis, sama seperti ketika ia ditinggal
orang-orang berharga baginya dulu.

"Aku tidak mengharapkan ini..." gumamnya kecil.

"Relakan?! Maksudmu, merelakan Azure dibawa oleh tante girang necrophile begini?!" bentak Nauka pada Ayuri. Ia larut pada emosinya.

"Kamu bisa percaya pada tante ini? Meskipun sekarang dia tinggal mayat, kamu rela dia dibawa pergi entah kemana?"

Quote :

"Kau bilang dia anak manja. Lebih manja mana denganmu?"

Nauka terdiam. Ia kalah.

Kurot menatap Hime.

"Ini bukan masalah mengharap atau tidak," ujarnya pelan.

"Akan saya bawa anak ini, suka atau tidak suka."

"...Kemana?" Hime hanya menatap Kurot.

Nauka emosi dan menghajar Kurot, merebut kembali tubuh Azure.

"Siapa juga yang mau dengerin kamu, tante!" bentaknya. "Kenal saja tidak, ngapain ngambil-ngambil Azure?!"

Kurot menatap dingin ke arah Nauka.

"Boleh juga untuk anak tengil," ujarnya lalu memegang kening Nauka, mengirimkan perasaan tidak enak ke dalam otak Nauka.