in the top of Junior Hi Building

Hime menggeleng pelan, "...aku tidak bisa menyembuhkan lukaku sendiri.." jelasnya sambil tersenyum, "tidak perlu cemas soalku. Chiaki sendiri sebaiknya cepat berteduh sebelum sakit." lanjutnya.

"...Aku," Hime terdiam sebentar seperti sulit melanjutkan kata-katanya kemudian mendongak ke atas, "masih ingin disini, kurasa..."

"Kalau begitu, aku mau masuk saja..." ucap Chiaki sambil berjalan menuju pintu keluar dari atap.

"Kak Hime..." ucap Chiaki sebelum dia keluar. "Terima kasih banyak atas segalanya... Kak Hime cepat cari tempat berteduh ya. Nanti kak Hime sakit."

Dan, Chiaki berjalan keluar dari atas atap.

[Out]

Hime mengangguk pada Chiaki, kemudian menoleh ke arah Amon dan Ryuen.
"Kalian nggak kembali ke asrama? Hujannya semakin deras.." ujarnya tersenyum.

Amon hanya diam,

Benar-benar kejadian tak terduga......... batinnya,

Si Bocah Lolipop itu.......tadi seperti bukan dia....

Lagipula belum sempat aku menanyainya...dia sudah mati...

Kurasa...ada sesuatu yang tidak beres di sekolah ini...

"...Hei," panggil Hime menghampiri Amon, "sebaiknya kau cepat berteduh." lanjutnya tersenyum, kemudian terdiam sesaat.

"...Singkat ya.."

"...." Amon masih diam,

"Kau Sebaiknya berhati-hati........" ucapnya tiba-tiba,
"Ada sesuatu yang tidak beres yang sedang terjadi disini....." lanjutnya,

"....Tempat ini memang menyimpan rahasia, sepertinya begitu.." ujarnya pelan.

Hime hanya menatap sekelilingnya yang gelap. "......"

"Mungkin."

"Yang jelas berhati-hatilah..........."

"Mungkin kau bisa kehilangan nyawa kapan saja........."

"...Semuanya bisa mati kapan saja," jawab Hime, "tapi kalau boleh tahu...kenapa kau berkata begitu?"

"Entahlah......." Jawab Amon asal.

"Mungkin hanya perasaan ku saja," lanjutnya lagi,

Hime hanya tersenyum dan bersender pada dinding. Matanya menatap lurus ubin atap sekolah yang basah oleh hujan.

"...boleh aku tanyakan beberapa hal padamu?" ujarnya pada Amon.

"Apa?" tanyanya sambil berbalik melihat Hime,

"Apa menurutmu semua hal yang kita lakukan ini ilusi? ...Apa," Hime menundukkan kepalanya, "..kau menganggap kami temanmu...?"

"....Karena kita dari divisi yang berbeda, aku hanya ingin tahu pemikiran kalian." lanjutnya dengan suara yang mengecil, masih menundukkan kepalanya.

"Kau ingin jawaban jujur?"

"Atau ingin jawaban yang bohong?" tanya Amon lagi setengah bercanda.

Hime tersenyum pada Amon, "...jujur," jawabnya singkat.

"Tidak." jawab Amon ketus,

"Aku tidak menggagap kalian temanku...." lanjutnya,

"Aku sering bersama kalian hanya untuk mengisi waktuku..."

Amon lalu duduk bersandar di pagar kawat,

"...Begitukah?" Hime tersenyum sedih. "Bisa katakan alasannya..?"

"Lagi-lagi...." batin Hime muram, "...kenapa selalu saja," Hime semakin menundukkan kepalanya. "...apa mereka selalu berpikir seperti ini..."

"...Begitukah?" Hime tersenyum sedih. "Bisa katakan alasannya..?"

"Lagi-lagi...." batin Hime muram, "...kenapa selalu saja," Hime semakin menundukkan kepalanya. "...apa mereka selalu berpikir seperti ini..."

"Tidak ada alasan yang pasti....."

"Hanya saja,dari dulu aku tidak pernah punya teman & memang tidak menganggap orang lain temanku.."

"Hanya itu...."

Mungkin.....

"Kalau begitu masih bisa berubah kan..?" ujarnya, "...kalau melakukan banyak hal bersama yang lainnya, bisa berubah kan?" Hime tersenyum kecil.

".........."

"Mungkin bisa....Mungkin juga tidak..........."

"Ya," jawabnya, "...tapi nggak ada salahnya kalau dicoba.."

"...Tapi tolong jangan tutup pintunya." Hime tersenyum pada Amon.

".................." Amon hanya menatap Hime diam,

"Terserah............"

Hime mengangguk kecil, "ekspresimu kaku juga yah^^? Hehe..." ujarnya iseng.

"Biarin..." balas Amon,

Ia diam sejenak,"Lapar........" gumamnya.

"Ada makanan?"